KAPETAKAN – Teknologi rumah prisma memiliki sejumlah keunggulan. Di antaranya adalah dapat meningkatkan durasi panen garam. Ya, garam dapat dipanen sepanjang tahun karena petani yang menerapkan teknologi rumah prisma tidak terpengaruh hasilnya oleh musim hujan. Garam yang dihasilkan bermutu tinggi. Garam dapat dipecah menjadi lima produk lainnya yang bernilai jual tinggi. Bahkan, kabar baiknya, teknologi Prisma tidak terlalu mahal.
Namun, untuk dapat mengaplikasikan teknologi rumah prisma, dibutuhkan lahan yang luas. Rumah prisma ini digadang-gadang dapat mengurangi ketergantungan impor. Penerapan teknologi baru ini dapat mengurangi, bahkan memutus ketergantungan produk impor, khususnya garam.
Heriyawan (41), petani garam yang ditemui Radar Cirebon mengatakan, pengembangan produksi garam yang menggunakan teknologi rumah prisma dan sistem tunel di Desa Bungko Lor, Kecamatan Kapetakan, sudah dilakukan tiga tahun. Saat ini, di lokasi tersebut sudah ada lebih dari 100 rumah prisma yang setiap 20 hari sekali bisa panen garam.
Menurutnya, teknologi yang diterapkan sebenarnya cukup sederhana. Pada instalasi yang dilakukan, air laut dialirkan ke dalam kolam penampungan, selanjutnya dipompa ke kolam-kolam pematangan di dalam rumah prisma, sebelum akhirnya diproses di meja produksi.
“Air laut yang dipompa ke rumah prisma, diproses selama kurang lebih 20 hari untuk hasil maksimal. Karena, syarat untuk naik ke meja produksi, paling tidak kadar salinitasnya sekitar 20 sampai 21 baume. Untuk satu rumah prisma itu, bisa menghasilkan sekitar 2 ton sekali panen. Kalau modalnya, untuk satu rumah prisma ukuran yang saya punya, itu sekitar Rp15 juta,” katanya, kemarin.
Namun sayang, para petani garam mengeluhkan kondisi rusaknya jalan menuju area tambak. Kondisi itu membuat para petani garam harus merogoh kocek lebih dalam saat mengangkut hasil produksi.
Menurut petani garam lainnya, Insyaf (38), kondisi jalan menuju area tambak di Desa Bungko juga memprihatinkan. Para petani garam di desa itu mengeluhkan kondisi tersebut karena menghambat pengangkutan garam hasil produksi mereka.
“Masalah budidaya garam, tak hanya terletak pada soal kualitas maupun kuantitas produk. Namun, sarana infrastruktur juga sangat menunjang dalam budidaya garam,” ungkapnya.
Rumah Prisma Bisa Panen Berkali-kali
