Kualitas Udara pada Level Baik

Kualitas Udara pada Level Baik
AQMS : Alat dan monitor pengkur kualitas udara terpasang di Kabupaten Cirebon. Sayangnya alat tersebut bukan milik Pemkab Cirebon. Pemkab Cirebon saat ini masih menggunakan Pasive Sampelr untuk menguji kualitas udara. --FOTO: ANDRI WIGUNA/ RADAR CIREBON
0 Komentar

SUMBER – Kondisi kualitas udara di Kabupaten Cirebon rata-rata masih dalam kategori baik. Setidaknya, itulah hasil pengujian rutin yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Cirebon dari uji laboratorium. Uji tersebut dari data 40 titik passive sampler yang tersebar di Kabupaten Cirebon.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pemulihan Dampak Lingkungan pada DLH Kabupaten Cirebon, Yuyu Jayudin mengatakan, kualitas udara di 40 titik, rata-rata hasilnya dalam level baik. Yuyu menyebut, cara kerja passive sample adalah, dipaparkan selama 14 hari, yang kemudian nantinya akan dicek di laboratorium. Setelah itu, baru kemudian bisa diketahui hasilnya, apakah udara di lingkungan tersebut baik atau tidak.
“Ini berbeda dengan alat modern yang hasilnya bisa langsung ditunjukkan di monitor. Untuk yang pakai monitor, kita belum punya. Anggaran kita tidak cukup kalau untuk beli alat itu. Nama alatnya Air Quality Measuring System atau AQMS,” jelasnya.
Selisih harga passive sampler dengan AQMS sangat jauh. Passive sampler satu unitnya seharga Rp2 juta-an. Sementara AQMS harganya antara Rp200 juta hingga Rp300 juta per unit.
“Tentu ada kekurangan dan kelebihannya. AQMS harganya sangat mahal. Kita tentu tidak bisa pakai itu untuk seluruh wilayah Kabupaten Cirebon. Kalau passive sampler, relatif jauh lebih murah dan terjangkau,” imbuhnya.
Yuyu sendiri mengaku tidak mengetahui apakah Pemkab Cirebon melalui DLH akan membeli alat AQMS tersebut atau tidak. Terlebih, sebagain besar anggaran terkena refocusing untuk penanganan Covid-19.
“Kita belum ada rencana pengadaan AQMS. Anggaran kita banyak kena refocusing. Solusinya tentu yang saat ini sudah ada, dimaksimalkan,” jelasnya.
Meski saat ini belum memiliki AQMS, namun rupanya sudah terpasang di Kabupaten Cirebon. Tepatnya di sekitar gate Tol Palimanan. Di mana, secara continue dan simultan, monitor dari alat tersebut menujukkan kondisi terkini kualitas udara di sekitarnya. “Nah, yang di Palimanan itu bukan punya kita atau provinsi. Itu sepertinya milik pengusaha jalan tol,” ungkapnya.
Sementara itu, aktivis lingkungan, Rizky Pratama mendorong agar DLH Kabupaten Cirebon segera memodernisasi alat yang dipergunakan untuk mengukur kualitas udara.

0 Komentar