Sementara, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A), Iyan Ediyana menyampaikan, secara umum, masyarakat Kabupaten Cirebon sendiri sudah banyak yang beralih ke akseptor IUD.
Sebagai masyarakat yang rata-rata tingkat pendidikannya tinggi, kata Iyan, masyarakat Kabupaten Cirebon juga sudah menjadikan IUD sebagai kebutuhan.
“Saat kita melakukan penyuluhan juga, rata-rata mereka sudah paham dan yang akan dipilih itu IUD. Kemudian dari dokter-dokter swasta dan bidan-bidan swasta yang kami tampung datanya, arah tren ke IUD itu cukup tinggi,” kata Iyan.
Menurutnya, hal itu sejalan dengan kebijakan pihaknya dalam memperkuat Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), yakni IUD dan implan. “Kita arahnya ke sana, kondom dan suntik, itu ada juga target, tapi kita lebih mengedepankan ke MKJP,” terangnya.
Ia mengakui, MKJP yang paling sulit itu adalah IUD. Namun saat ini, yang terjadi justru sebaliknya. Yakni, target non MKJP tidak terpenuhi. Iyan mengungkapkan, target non MKJP seperti suntik, pil dan kondom, masih berada di angka 50 persen.
Dengan sisa waktu hingga akhir tahun nanti, Iyan optimis target tersebut akan tercapai. “Adanya TPD di lapangan, jelas sangat membantu karena dari 159 relawan TPD ini, terbagi di beberapa desa dan rata-rata mereka memegang dua desa dan ada yang tiga desa,” pungkasnya. (sam)
Penggunaan Kondom di Jabar Masih Rendah

