Sementara itu jenazah Jumirah yang dianiaya anak kandungnya sendiri OS, telah dikebumikan pada Sabtu pagi sekitar pukul 10.00 WIB. Ratusan warga turut mengantar kepergian Jumirah ke tempat peristirahatan terakhir di TPU Desa Kadatuan. Termasuk anak-anaknya yang langsung pulang dari perantauan saat mengetahui ibunya meninggal dunia.“Begitu selesai dikuburkan, semua anak-anak Ibu Jumirah berangkat ke Polres untuk memberikan keterangan. Yang tinggal di rumah sekarang hanya para menantu dan cucunya yang menerima pelayat yang terus berdatangan,” ungkap Didin Nur salah satu tetangga Jumirah.
Didin menceritakan, keberadaan OS memang selama ini kerap meresahkan warga. Dikatakan, OS yang mengalami gangguan jiwa sejak delapan tahun terakhir kerap membuat onar hingga tak ada warga yang berani melawan.
“Pelaku sering merusak barang milik warga, seperti gabah warga yang sedang dijemur tiba-tiba diberantakin atau semen untuk membangun rumah diawur-awur. Kalau ada yang berani mencegah, pelaku selalu menantang berkelahi,” ujar Didin.
Selama ini, kata Didin, OS memang tinggal hanya berdua dengan ibunya Jumirah. Sementara lima kakak dan satu adiknya semuanya sudah berkeluarga dan tinggal terpisah. Ada yang tinggal di Jakarta, Tangerang dan hanya beberapa saja yang tinggal di Desa Kadatuan.
“Saat kejadian warga sempat mendengar teriakan korban minta tolong, namun tak ada yang berani mendekat. Selain semua pintu dan jendela dikunci, warga juga khawatir menjadi sasaran amuk pelaku. Begitu juga saat salah satu kakak pelaku yang tinggal tak jauh dari sini datang, nyaris diserang pelaku. Untungnya ada petugas Babinsa langsung datang dan bisa menenangkan pelaku sampai akhirnya diamankan polisi,” beber Didin. (fik)