Berbekal informasi dari Ipul, Radar Cirebon lantas menuju ke sebuah agen di Jl Prujakan. Yang disebut-sebut sebagai tangan kedua dari peredaran koran bekas.
Namun, pemilik toko di Jl Prujakan ini menolak disebutkan baik nama toko maupun identitasnya. Dia pun mengaku sebatas penjual. Dia menolak disebut sebagai “pemain” besar.
Kendati tidak bersedia disebutkan nama toko maupun nama pribadinya, dia tetap bersedia berbagi cerita soal peredaran koran bekas dan usaha yang digelutinya bertahun-tahun.
“Kalau saya biasanya terima dari agen. Dulu banyak koran lokal sama nasional, sekarang cuma sedikit. Ini seringnya dapat koran mandarin,” tuturnya.
Beberapa pembelinya sebagian besar pedagang kaki lima. Meski cukup banyak yang mencari koran bekas, ia tak berani banyak menyimpan stok. Mengingat kertas yang rawan terkena air dan lembap.
Soal beredarnya koran dari Tiongkok, Korea dan Jepang, ia tak menampik memang pengiriman dari Jakarta dan sekitarnya. Para penyedia barang di sana, mulai kesulitan mencari koran bekas. Namun permintaan justru tetap tinggi.
Tak hanya di Cirebon, koran bekas berbahasa asing juga diperjual belikan di marketplace Indonesia maupun luar negeri.
Salah satu penjual di Shopee misalnya. Menjual koran bekas dari luar negeri seharga Rp13 ribu/kilogram.
Sementara di Alibaba, koran bekas dijual seharga USD280 dengan kuantitas minimum pemesanan sekitar 100 metrik ton.
Membungkus makanan dengan kertas koran sebagai pelapis luar masih lumrah dilakukan. Sehingga masyarakat pun tak perlu kaget, ketika membeli gado-gado, nasi padang ataupun jajanan, namun dengan bungkus koran bekas berbahasa asing. (apr)
Huruf Kanji di Bungkus Gado-gado

