Kondisi gagal pertumbuhan pada anak atau disebut stunting masih terjadi pada beberapa masyarakat di Cirebon. Salah satunya ada di Kecamatan Kejaksan. Untuk memerangi itu, Puskesmas Kejaksan pun turun aktif melawan stunting yang terjadi pada warga. Salah satunya yang dilakukan pada balita laki-laki yang RT 03/RW 05.
APRIDISTA SITI RAMDHANI , Kejaksan
MESKI berada di wilayah perkotaan, namun masalah stunting juga terjadi di Kecamatan Kejaksan. Namun, dari upaya pendekatan yang dilakukan, beberapa balita berhasil tumbuh normal.
Kepala UPT Puskesmas Kejaksan, dr H Junny Setyawati MKM menuturkan salah satu pasien stunting ditemukan pada 9 Februari 2014. Pada saat itu bayi laki-laki ini berusia 9 bulan dengan berat badan 6 kg dan tinggi badan 66,4 cm.
Kurang pahamnya ibu dalam pemberian makanan dan karena tidak ada makanan yang bisa diberikan pada bayi laki-laki ini, karena sosial ekonominya. “Melalui program Gemilang (Gerakan Mengendalikan Stunting) kami menemukan pasien ini, dan mulai melaakukan pendampingan,” tutur Junny, kepada Radar Cirebon.
Setelah ditemukan pelacakan penderita stunting. Dilakukan pematauan rutin tiap bulan kepada pasien. Dilakukan juga Pemberian Makanan tambahan (PMT) pada pasiensecara langsung berupa PMT lokal, susu, biskuit, vitamin, dan mainan karpet. “Dari pertama kali temukan PMT diberikan hingga lulus balita 5 tahun,” jelasnya.
Selain itu juga dilakukan fisioterapi di Rumah Sakit Daerah Gunung Jati (RSDGJ) saat bayi ini memasuki 20 bulan, untuk mengejar keterlambatan dalam bicara dan jalan. Akhirnya ia bisa jalan di umur 58 bulan.
Sebelumnya pada umur 56 bulan, bayi laki-laki ini memiliki berat badan 12 kg dan tinggi badan 95 cm. “Saat itu pasien ini juga memiliki penyakit penyerta yakni YB dilakukan pengobatan rutin juga sampai selesai,” terangnya.
Dalam menagani permaslaahan stunting ini, menurutnya kunci utamanya adalah kerjasama ibu dan pihak Puskesmas. Dalam hal ini pihaknya pun turut mengapresiasi ibunda pasien dan embah nya karena mau bekerjasama dengan penyuluhan dan motivasi yang diberikan.
Sehingga pasien rutin melakukan fisioterapi di rumah. Ia juga melakukan pemberian makan sesuai yang dijadwalkan dan asupan PMT dengan rutin. “Kadang kalau pasien tak mau makan, ia dibawa jalan-jalan ke Puskesmas sambil mengambil PMT yang diberikan agar pasien mau makan,” ungkapnya.