KUNINGAN – Konferensi Cabang (Konfercab) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Kuningan yang digelar Februari 2020, ternyata menyisakan masalah. Kepengurusan GP Ansor Kuningan saat ini dianggap belum jelas akibat ada konflik internal pasca konfercab yang dinilai cacat hukum.
“Sangat disayangkan proses gugatan konfercab sangat lama. Tentunya ini meresahkan sebagian besar PAC-PAC di Kabupaten Kuningan semenjak berlangsungnya konfercab Februari 2020 lalu, yang disinyalir cacat hukum,” kata K Roni Syahroni SPdI, Pengasuh Ponpes Assalam sekaligus Ketua PAC Ansor Kecamatan Cidahu, dalam rilisnya yang dikirim kepada Radar Kuningan, kemarin (20/9).
Untuk itu, Roni memohon kepada PP GP Ansor dan PW GP Ansor Jawa Barat untuk menggelar perkara gugatan dan tidak menerbitkan SK Kepengurusan PC GP Ansor Kabupaten Kuningan. Ia beralasan saat ini pengurus GP Ansor di tingkat bawah (PAC) masih menuai konflik yang disinyalir tidak bisa reda, dan kemudian tiga orang sudah menyatakan keluar dari formatur.
“Tentu hal ini menghambat kemajuan GP Ansor di Kabupaten Kuningan. Sehingga prosesi gelar perkara gugatan menjadi langkah awal menentukan Ansor Kuningan ke depan. Seperti kaidah usul fiqih berbunyi kemudhratan harus dicegah sedapat mungkin,” tutur K Roni.
Menurut Roni, yang mengingkari kepemimpinan PC GP Ansor Kuningan saat ini jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan yang mendukungnya. Sebanyak 20 PAC yang menolak kepengurusan GP Ansor sekarang dari jumlah 27 PAC yang ada di Kabupaten Kuningan.
“Ketua terpilih dianggap gagal, karena belum bisa menyatukan semua PAC dan tidak ada upaya ke arah itu. Padahal berlangsungnya konfercab sudah terhitung lama, dan tentunya punya banyak waktu untuk dapat melakukan silaturahim ke PAC-PAC,” tambah Roni yang juga Ketua Aliansi PAC GP Ansor Kuningan itu.
Pohon tidak akan berdiri tanpa ditopang oleh akar yang kokoh. Itulah perumpamaan yang dipakai K Roni kepada kepengurusan GP Ansor Kuningan saat ini yang dianggapnya cacat hukum. Karena menurut dia, sebesar apapun pohon, pastilah ditopang oleh akar yang mencengkram.
“Lantas apakah mungkin jikalau pohon ingin berdiri tegap namun akar tidak disirami air dan diberi pupuk, bahkan sampai dibiarkan dalam kekeringan?” ucap Roni penuh tanya.