JAKARTA – Pemerintah memastikan menambah anggaran untuk bantuan sosial (bansos). Salah satu alasannya karena masih banyak kelas menangah yang perlu mendapatkan bansos. Sekretaris Eksekutif I Komite Program Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PCPEN) Raden Pardede menegaskan, anggaran bansos dalam program PCPEN ditambah dari Rp203,9 triliun menjadi Rp242 triliun. Penambahan anggaran tersebut diperoleh dari relokasi anggaran program yang kurang lancar realisasinya. “Karena memang masih banyak kelas menengah ke bawah perlu ditolong,” katanya, Rabu (23/9).
Dikatakannya, hingga 16 September 2020, realisasi belanja perlindungan sosial mencapai Rp134,45 triliun atau 60,6 persen terhadap pagu sebesar Rp203,9 triliun. Anggaran tersebut hingga akhir tahun ini akan ditambah menjadi Rp242 triliun.
“Belanja perlindungan sosial itu diarahkan untuk program yang selama ini sudah dijalankan termasuk beberapa program baru seperti subsidi gaji, subsidi gaji guru honorer, subsidi kuota internet, perpanjangan diskon listrik dan tambahan dana bergulir (LPDB),” terangnya.
Penambahan anggaran tersebut diperoleh dari relokasi anggaran kesehatan Rp3,53 triliun. Jumlah tersebut diperkirakan tak akan terserap hingga akhir 2020. “Perkiraan penyerapan anggaran kesehatan 96 persen. Jadi hampir Rp84 triliun,” ucapnya.
Selain itu dari pos sektoral pemda. Pemerintah akan mengalihkan Rp34,57 triliun dan juga pos pembiayaan korporasi sebanyak Rp4,55 triliun. “Keduanya disebabkan realisasi anggaran sampai akhir tahun yang akan mentok di angka Rp71,54 triliun dari pagu Rp106,11 triliun untuk sektoral pemda dan Rp49,05 triliun dari pagu Rp53,6 triliun untuk pembiayaan korporasi,” ungkapnya.
Sehingga, tambahan untuk perlindungan sosial mencapai Rp38,11 triliun. Total anggaran dari Rp203,9 triliun menjadi Rp242 triliun.
Tidak hanya itu, pemerintah juga memberikan dukungan bagi UMKM yakni Bantuan Presiden Produktif untuk usaha mikro. Dukungan UMKM memerlukan tambahan anggaran Rp4,59 triliun. Sehingga anggaran dukungan UMKM menjadi Rp128,05 triliun atau setara 104 persen dari pagu awal Rp123,46 triliun.
Dengan peningkatan belanja perlindungan sosial kepada masyarakat menengah ke bawah diharapkan mereka dapat bertahan di tengah pandemi Covid-19. “Dengan mereka belanja maka permintaan barang dalam negeri naik. Kalau naik maka penciptaan lapangan kerja bisa terjadi dan selanjutnya ekonomi bergerak dan itu akan berputar,” imbuhnya.