Siapa yang tidak mengenal Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah, yang telah mendunia? Aliran seni tari tradisional lokal, namun berkualitas internasional. Banyak wisatawan berdatangan dari penjuru nusantara, hingga mancanegara. Berbagai penghargaan telah ditorehkan. Seperti apakah kondisi Sanggar Maestro Tari Topeng Indramayu, yang kini dibina oleh sang cucu, Aerli Rasinah?
***
SOSOK Aerli Rasinah adalah cucu dari seorang maestro Seni Tari Topeng Tradisional Nusantara asal Indramayu, Jawa Barat, Mimi Rasinah.
Ibu kandung Aerli yang berprofesi sebagai seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI), tidak mampu meneruskan jejak sang nenek.
Darah seni itu diwariskan pada cucu ketiganya, Aerli Rasinah. Sementara Mimi Rasinah wafat tanggal 7 Agustus 2010, di usianya yang genap ke-80 tahun. Akibat penyakit stroke.
Mimi Rasinah pernah berkata, “Saya akan berhenti menari kalau sudah mati”. Namun, kenyataannya tarian itu tidak benar-benar mati. Bahkan seni tari topeng kuno telah menjadi kini. Berkat tangan dingin Aerli Rasinah dan suaminya Ade Jayani, tari topeng ini telah banyak digemari.
Aerli dan suami yang menikah pada tahun 2006 itu, sama-sama lulusan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung yang sekarang beralih nama menjadi Insititut Seni Budaya Indonesia (ISBI).
Orang tua dari dua orang anak itu menyandang gelar Sarjana Seni (S.Sen). Anaknya yang pertama bernama Walan Jayani (12) dan anak kedua Wulan She Can Fortuna (7).
Sejak 8 Maret 2008, Aerli Rasinah menjadi ahli waris Tari Topeng Indramayu. Keturunan ke-11 dari Mimi Rasinah itu, sekarang telah memiliki lebih dari 1.000 murid, dari lintas usia dan lintas negara.
Tidak jarang, dia bersama anak-anak didiknya tampil di pentas dunia, mengharumkan kekayaan khazanah budaya Indonesia, khususnya di bidang Seni Tari Topeng Tradisional.
Tidak banyak orang yang tahu. Di balik prestasinya yang mentereng itu, banyak sekali lika-liku perjuangan Aerli bersama sang suami. Jatuh bangun mempertahankan Sanggar Tari Topeng yang sudah menjadi yayasan itu, ternyata diwarnai pengorbanan yang luar biasa. Semuanya tidak semudah yang dibayangkan.
Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah sendiri, telah berdiri sejak 30 November 1999 di Desa Pekandangan. Kemudian pada 13 November 2013, bertranformasi dan mengalami perkembangan menjadi sanggar yang baru. Salah satu tantangan Aerli yang cukup berat dirasakan pada tahun 2005, ketika berinovasi memadatkan durasi tarian yang awalnya 45 menit paling lama, lalu diperpendek hanya 5 menit. Sontak saja, apa yang dilakukan Aerli itu diprotes keras oleh para seniman di wilayah III Cirebon. Sebab, tindakannya dinilai terlalu berani mengubah pakem yang ada.