Lebih jauh, guru-guru perempuan tersebut bertanya kepada anak anak tersebut, ‘apakah tuhan itu ada?’ serempak anak anakpun menjawab tidak ada.
“Mereke secara sistematik gerakanya sudah ke sana. Sudah melakukan doktrin terhadap anak-anak di Cirebon. Mereka mencuci otak anak-anak dengan propaganda PKI,” ungkapnya.
Sebelum tahun 1965 sebelum meletusnya peristiwa G30S/PKI, kata Akbar, PKI juga berencana membuat universitas yang dinamakan Universitas Rakyat (URA). Tentu saja, rencana pembuatan universitas juga kental dengan muatan politis. Demi melanggengkan dan menguatkan PKI di Cirebon.
Selain itu, PKI juga sukses mempengaruhi kalangan bawah yang tinggal di perkampungan kumuh dan miskin. Di mana isu soal kemiskinan dan kesenjangan sosial, cukup populer dan berhasil menarik simpati masyarakat.
Namun setelah meletusnya peristiwa G30S/PKI, pengaruh PKI di Cirebon luntur seiring dengan dengan dibubarkanya partai pimpinan DN Aidit tersebut tersebut. Kader fungsionaris hingga simpatisanya disingkirkan. Salah satu pejabat Cirebon saat itu, RSA Prabowo yang merupakan anggota PKI, juga turut ditangkap saat selesai melakukan upacara bendera.
Sama dengan daerah lainya, keluarga dan keturunan PKI juga mendapatkan stigma buruk. “Bahkan ada satu daerah yang menjadi basis PKI juga yang akan di DOM (Daerah Operasi Militer). Tapi kemudian oleh tokoh masyarakat setempat, meminta supaya rencana itu tidak dilakukan,” ungkapnya. (awr)