Indonesia pernah mengalami peristiwa kelam pada 30 September 1965. Atau yang dikenal dengan G30S/PKI. Jauh sebelum itu, Partai Komunis Indonesia (PKI) sudah lama terlibat polemik bersenjata. Termasuk di Kota Cirebon.
PERISTIWA ini, besar kemungkinan luput dari catatan sejarah. Juga tidak banyak diketahui masyarakat luas. Mengulas PKI, selalu terkonsentrasi pada peristiwa kelam pada 30 September 1965. Padahal, jauh sebelum itu, pemberontakan pernah terjadi di Cirebon.
Kendati demikian, pergolakan ketika itu besar kemungkinan merupakan perebutan kekuasaan lokal. Hal ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang dikeluarkan pada 3 November 1945. Pemerintah mengeluarkan maklumat yang memperbolehkan didirikannya partai-partai politik.
Setelah maklumat itu dikeluarkan, lahirlah partai-partai politik baik yang sama sekali baru maupun yang sudah pernah ada pada masa sebelum pendudukan Jepang.
Di samping menjalankan profesinya sebagai pengacara, ia menjabat pula sebagai Ketua Persatuan Supir Indonesia (Persi). Ia kemudian berkenalan dengan Mr Suprapto. Hubungan mereka semakin akrab, sehingga keduanya kemudian bergabung dengan PKI bawah tanah.
Pada jaman pendudukan Jepang ia memimpin kelompok komunis bawah tanah yang bernama “Djojobojo” yang berpusat di Bandung.
Pada tanggal 7 November 1945 kelompok Mohammad Joesoeph memunculkan PIG ke permukaaan secara legal, sekalipun tidak disetujui oleh kelompok lain. Pemunculan PIG ditandai dengan terbentuknya Markas Besar PIG yang berkedudukan di Jakarta.
Pada tanggal 11 Desember 1945 dibentuk Laskar Merah. Selama satu bulan pada bulan Januari 1946, diselenggarakan latihan bersama Laskar Merah. Dalam latihan ini para peserta diajarkan keterampilan kemiliteran dan ideologi komunis.
Menyadari kekuatan yang belum seberapa, M Joesoeph mendatangkan berbagai kesatuan Laskar Merah dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalihnya adalah menghadiri konferensi agar tidak menimbulkan kecurigaan masyarakat.
Pada tanggal 21 Januari 1946 di gedung Laskar Merah Cirebon berlangsung rapat pembentukan barisan penerima tamu yang diketuai oleh M Ronggo, pemimpin PKI setempat.
Anggota Laskar Merah dari daerah-daerah lain juga berdatangan dan dipusatkan di Hotel Reebrinck. Waktu ke waktu, mereka mulai membuat keonaran. Tingkah laku yang kasar terhadap masyarakat seperti tidak mau membayar makan di warung-warung, minta rokok secara paksa di pabrik rokok BAT, memancing keributan.