“Kalau takut sih ya pasti ada. Tapi saya akhirnya pasrah karena di rumah istri dan anak menunggu. Kalau enggak narik odong-odong, tentu mereka enggak akan makan. Saya sendiri meminta penumpang untuk memakai masker ketika berada di odong-odong saya. Kalau enggak pakai, saya tidak perkenankan untuk naik ke atas kendaraan,” tegas Syahroni.
Syahroni sendiri sudah pasrah dengan kondisi saat ini. Dia mengaku tidak memiliki keahlian lain. Untuk tarif sekali naik odong-odongnya, Syahroni menetapkan ongkos yang berbeda. Anak-anak dikenakan tarif Rp2.000, sedangkan dewasa Rp5 ribu. Rute yang ditempuh tidak terlalu jauh. Sering juga dia membawa penumpang mengunjungi berbagai objek wisata, tentu dengan tarif berbeda.
“Kalau kelilingnya cukup jauh, ongkosnya juga berbeda. Tergantung keinginan penumpang sayah mah,” pungkasnya. (*)