“Sebagian besar yang kita pantau hari ini banyaknya pada tenang, tidak ada keluhan dan sebagainya,” ujarnya.
Tapi pihaknya tetap melakukan pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui kondisi terupdate semenjak datang dan selama berjenjang waktu.
“Pemeriksaan media tetap dilakukan tiap hari selama ada jam visit setiap shift,” paparnya.
Pemeriksaan rutin tersebut meliputi saturasi oksigen, tensi, pernafasan, nadi, detak jantung dan lain sebagainya.
Pasien juga diminta nomor teleponnya, sehingga kalau ada keluhan bisa langsung menelepon petugas yang berjaga di posko. Kemudian petugas medis yang standby di posko akan langsung mendatangi kamar pasien dengan standar APD.
Para pasien isolasi tersebut tentu mendapat jatah makan, dan juga mendapatkan asupan vitamin, multivitamin, antibiotik, antivirus, dan obat-obatan lain sesuai gejala tambahan. Misalnya ada yang merasa mual, pusing, dan obatnya disesuaikan dengan gejala yang dialami pasien.
Tapi kalau ada pasien yang merasa gejala penurunan tanda vital yang drop, misalnya saturasi menurun drastis, pihaknya langsung kordinasi dengan pihak dinkes, kemudian dinkes akan kordinasi dengan pihak rumah sakit agar bisa dirujuk di fasilitas perawatan yang lebih intensif.
Dia menyebutkan, setiap shift, petugas yang piket terdiri dari 1 dokter, 2 perawat, admin, dan tenaga umum yang mengurusi logistik untuk persediaan APD dan konsumsi.
Dalam satu kamar, ditempatkan 1 sampai 2 orang. Kalau suami istri atau punya hubungan keluarga dekat, memungkinkan 2 pasien sekaligus digabung dalam 1 kamar.
Kecuali untuk pasien yang hampir selesai selesai masa isolasi, walaupun masih satu keluarga dekat tidak mungkin disatukan dengan yang baru datang.
Untuk kebersihan sekitar area, pihaknya dibantu oleh pegawai hotel yang rutin melakukan penyemprotan disinfektan, sampai batas teras selasar kamar hotel. Itupun petugas kebersihan hotelnya mesti memakai APD. (azs)