KUNINGAN – Bencana tanah longsor dan pergerakan tanah melanda lima desa di Kecamatan Subang dan Cilebak hingga menyebabkan puluhan rumah mengalami rusak berat dan ringan, Sabtu (3/9) malam.
Berdasarkan informasi dihimpun, bencana tanah longsor terjadi setelah hujan deras mengguyur wilayah Kabupaten Kuningan pada Sabtu sore hingga malam. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan menyebutkan, lima daerah yang mengalami bencana tanah longsor adalah Desa Situgede, Jatisari, Pamulihan dan Desa Subang di Kecamatan Subang serta Desa Mandapajaya, Kecamatan Cilebak.
Kondisi terparah terjadi di Dusun Manis, Desa Mandapajaya, Kecamatan Cilebak, pergerakan tanah akibat luapan anak Sungai Citenjo menyebabkan dua rumah warga mengalami rusak berat dan delapan lainnya terancam. Atas kondisi ini, dua keluarga harus diungsikan ke rumah saudaranya dan delapan keluarga lain yang rumahnya terancam harus bersiaga mengungsi apabila hujan deras tiba.
Lokasi bencana tanah longsor kedua terjadi di Desa Jatisari, Kecamatan Subang menyebabkan tiga rumah mengalami retak-retak dan 11 rumah lain kini kondisinya terancam. Selain itu lahan pertanian seluas 250 meter persegi ikut rusak dan juga akses jalan dusun sepanjang 100 meter retak-retak.
“Tim dari BPBD sudah melakukan assesement ke lokasi dan memastikan semua warga yang terdampak bencana pergerakan tanah dalam kondisi aman. Bantuan bahan pangan sudah dikirimkan, dan sejumlah perbaikan pun sudah dilakukan oleh warga bersama aparat desa dibantu dari anggota polisi dan koramil setempat,” ungkap Kepala Pelaksana BPBD Kuningan Indra Bayu.
Pergerakan tanah juga terjadi di Desa Pamulihan, Kecamatan Subang, menyebabkan empat rumah warga mengalami rusak ringan dan tiga rumah terancam. Selain itu akses jalan dusun mengalami retakan sehingga masyarakat harus berhati-hati saat melewati jalan tersebut.
“Sementara pergerakan tanah di Dusun Cirahayu, Desa Subang dan Situgede, Kecamatan Subang, terbilang tidak terlalu parah. Hanya menyebabkan retakan tanah di pekarangan warga dan akses jalan ambles sehingga langsung mendapat penanganan warga atau membuatkan tanda peringatan supaya berhati-hati,” ungkap Ibe, panggilan akrab Indra Bayu.
Lebih lanjut dikatakannya, rentetan bencana tanah longsor dan pergerakan tanah tersebut terjadi hampir bersamaan yakni setelah wilayah tersebut diguyur hujan semalam suntuk. Kondisi tanah yang selama ini kering akibat kemarau, rupanya tak bisa menahan debit air hujan yang tiba-tiba deras sehingga menjadi labil dan ambrol.