CIREBON – Direktur Rumah Sakit Daerah Gunung Jati (RSDGJ), dr Ismail Jamaludin SpOT mengklaim proses penanganan pasien positif Covid-19, hingga pemulasaran jenazah yang viral di medsos, telah dilakukan sesuai prosedur yang berlaku.
Menurutnya, pasien berinisial S (37), masuk ke RSDGJ, 29 September pukul 17.00. Pasien tersebut, merupakan rujukan lepas dari RS Putra Bahagia. Saat datang ke RSDGJ pun, pihak keluarga tidak mau diantar oleh perawat dan ambulans dari RS sebelumnya.
Menurutnya, ketika ditangani di RS Putra Bahagia, pasien tersebut reaktif rapid test, kemudian dirawat dan dilakukan swab. Ketika awal masuk perawatan, kondisi tekanan darah 127/77, nadinya bagus. Sesak, respirasi 36 dan respirasi oksigen 92 persen.
“Keesokan harinya, hasil PCR Swab dinyatakan terkonfirmasi positif. Kemudian, 1 Oktober, terjadi penurunan kesadaran, respirasinya jadi 40, SPO2 (saturasi oksigen) 87, ini sudah jadi warning buat petugas. Keluarganya diberi penjelasan,” ujar Ismail, saat konferensi pers terkait video viral penanganan jenazah pasien positif, Senin (5/10).
Jumat malam 2 Oktober, terjadi kondisi kritis. Keluarga pasien juga sudah diberikan penjelasan dan hadir di rumah sakit. Tanggal 3 Oktober 14.50 WIB, pasien ini meninggal dunia. Kelurga pasien juga sudah diberitahu akan dilakukan penanganan dengan protokol Covid-19, dijelaskan kepada istri dan kakaknya.
Ismail mengaku, malam itu juga dilakukan pemulasaran sesuai dengan buku pedoman berdasarkan Permenkes. Dimulai dari pembersihan, disinfeksi, sampai pembungkusan jenazah 3 lapis. Terdiri dari plastik, kain kafan, plastik lagi, dan kantong jenazah, kemudian dimasukkan dalam peti.
“Kalau disebutkan tidak ada kain kafannya, kurang tepat. Karena petugas juga memiliki bukti foto ada kain kafannya (pada jenazah),” jelas Ismail.
Menurutnya, pasien tersebut juga memiliki penyakit penyerta, berupa tanda gejala pembekuan darah. Bahkan, ketika masih dalam perawatan sebelum pasien meninggal, tim medis juga sudah memberikan obat-obatan anti pembekuan darah.
Dampaknya, setelah pemulasaran, banyak sekali cairan yang keluar dari lubang-lubang di tubuh. Walaupun dari anusnya juga sudah disumbat kapas, tapi masih rembes. Sehingga petugas pemulasaran memutuskan menggunakan popok diapers.
Sedangkan, untuk baju yang masih melekat memang merupakan baju yang dikenakan pasien sejak perawatan. Kondisi setelah meninggal, sudah banyak sekali rembesan-rembesan di bajunya. Sehingga diputuskan tidak usah dibuka lagi, karena khawatir cairan tersebut bersifat infeksius. Khawatir menginfeksi ke mana-mana. Sehingga hanya dilakukan disinfeksi saja.