“Menurut panduan dibolehkan seperti itu (tidak mencopot pakaian),” tuturnya.
Setelah dibungkus tiga lapis, dan dimasukan ke dalam peti, petugas RSDGJ koordinasi dengan aparat domisili setempat, dan pemakaman Minggu pagi. Sebelum berangkat, petugas di RSD mengontak ke petugas aparat di domisili setempat, dan menyatakan sudah OK. Sehingga sopir berangkat sendiri.
“Warga di sana memiliki pemikiran bahwa yang harus menguburkan itu pihak RS. Padahal, kami hanya bertugas mengantar. Yang menguburkan aparat dan petugas domisili setempat,” bebernya.
Namun, sesampainya di lokasi pemakaman, ternyata tidak ada petugas di sekitar tempat pemakaman. Memang ada petugas dari puskesmas, tapi keberadaannya 50 meter dari lokasi pemakaman. Beberapa saat kemudian petugas dari puskesmas datang dua orang. Itu juga perempuan, sehingga tidak bisa berbuat banyak.
Meski demikian, sambung dia, sopir ambulans sebetulnya sudah membawa APD cadangan di mobilnya. Mengantisipasi barangkali warga mau membantu menguburkan. Tapi saat itu, memang diakuinya warga tidak ada yang mau karena sudah mengetahui atau khawatir jenazah tersebut merupakan positif.
“Sehingga, diputuskan jenazahnya disimpan saja di ambulan. Tapi setelah jenazah diturunkan, petinya dibuka sama keluarga. Sehingga, muncullah insiden seperti sekarang ini. Sangat disesalkan, karena peti jenazahnya dibuka. Jadi ini juga harus ada tindak lanjutnya dari aparat berwajib. Karena ini adalah pasien terkonfirmasi,” ujar Ismail.
Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medis, dr Maria Listiawaty mengaku jika sebenarnya ketika tiba di dekat lokasi pemakaman, sopir ambulan belum mau menurunkan peti jenazah. Serta ingin menunggu petugasnya dari aparat domisili setempat hadir membantu.
“Akan tetapi, dari pihak keluarga meminta agar diturunkan saja dulu karena mau disalatkan. Kenyataannya, sesudah diturunkan dan menuju TKP, ada yang membukanya,” ujarnya.
Maria juga mengakui, jika saat terjadi kisruh tersebut, sopir ambulans sempat disandera. Kunci mobil ambulans juga dirampas. Bahkan, jenazah yang sudah diturunkan tersebut, dibawa lagi dan dimasukan ke dalam mobil ambulans. Tapi mobil ambulansnya dikendarai warga menuju rumah duka.
Menurutnya, dari keterangan sopir, di rumah duka juga dilakukan pemandian jenazah dengan cara biasa, dan dibawa lagi ke pemakaman pakai keranda biasa untuk dimakamkan. Beruntung, setelah dimediasi pihak kepolisian dan Babinsa, akhirnya kunci mobil ambulans tersebut dikembalikan kepada sopirnya, dan baru bisa pulang beberapa jam kemudian. (azs)