Namun, diharapkan dengan tambahan dua hotel ini, juga disertai dengan pola rotasi penempatan isolasi pasien positif yang ideal. Misalnya ada yang baru positif masuk, di-treatment beberapa hari sembuh kemudian boleh pulang, dan ganti oleh pasien positif baru. “Mudah-mudahan jumlah pasien yang baru positif penambahannya lebih sedikit dari yang pasien sembuh,” harapnya.
Selama menjalani isolasi di hotel, pasien positif dilakukan treatment pengaturan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) yang terawasi. Makan tiga kali snack dua kali, obatnya azytromisin, asitramifin, vitamin c 1000mg, serta psikologis pasien dibuat happy.
“Visit doker yang rutin akan dilakukan melalui video call. Pasien bisa konsultasi melalui grup whatsapp yang anggotanya antar sesama pasien positif dengan tim medis di fasilitas isolasi. Kecuali ada yang bergejala diberikan pemeriksaan khusus oleh tim medis dengan memakai APD lengkap langsung ke kamar pasien,” tuturnya.
Sementara itu, General Manager Hotel Onos, Ibrahim mengatakan, sebetulnya sudah dari awal dulu Maret-April sudah dihubungi oleh Dinkes, tapi pihaknya berpikir bagaimana tamu lain yang akan menginap.
Tapi setelah didatangi dan diajak bicara Sekda, dan pejabat lainya, sehingga pihaknya berpikir kapan lagi sebagai warga Cirebon untuk membantu pemerintah menangani Covid-19, supaya OTG tidak berkeliaran.
“Itu sudah dibicarakan dengan direksi. Inilah waktu yang tepat untuk membantu pemerintah dan warga Kota Cirebon. Jadi kita tidak menerima tamu dulu selama dijadikan isolasi Covid-19,” tuturnya.
Mulai tanggal 15, tadinya mau dari awal bulan. Tapi persoalannya, ada tamu yang longstay. Sehingga, perlu waktu memberitahukan kepada para tamu untuk sementara tidak bisa menginap dulu selama dikontrak pemkot menjadi ruang isolasi.
Keseluruhan karyawan masih dipekerjakan. Mereka akan diswab dulu untuk mengetahui kepastian bahwa mereka negatif covid. Karena kalau positif, mereka malah jadi OTG juga. (*)
Ruang Isolasi Cukup Bila Ada Ledakan Pasien
