Selain bicara dinamika pembangunan, Kang Emil turut memaparkan keunggulan Jabar sebagai rumah bagi para investor sektor manufaktur. Ia menjelaskan, alasan Jabar diminati investor antara lain karena infrastruktur Jabar dibanding daerah lainnya dianggap terbaik sebagai pendukung investasi serta SDM yang sangat produktif. “Jadi dari 100 persen industri (yang ada) di Indonesia, 60 persen memilih (lokasi) di Jabar. Ini salah satu keunggulan kami,” ucap Kang Emil. “Setiap tahun investasi yang datang ke Indonesia nomor satunya selalu ke Jabar sehingga kami terus meningkatkan pelayanan agar investasi manufaktur itu tetap ke Jabar,” tuturnya.
Selain itu, pariwisata dan pertanian juga menjadi sektor unggulan Jabar. Sementara pasca pandemi Covid-19 yang turut berdampak terhadap ekonomi Jabar, Kang Emil berujar pihaknya mengusung tujuh potensi ekonomi regional baru di Jabar. Yaitu, meraup peluang investasi perusahaan yang pindah dari Tiongkok khususnya ke kawasan Rebana. Swasembada pangan. Swasembada teknologi atau konversi manufaktur ke arah 4.0. Mendorong peluang bisnis di sektor kesehatan sebagai center of excellence (pusat keunggulan) kesehatan. Ekonomi digital. Penerapan ekonomi berkelanjutan, serta pariwisata lokal.
“Pasca-Covid-19 kami memiliki tujuh potensi ekonomi baru yang harus diambil dan kita sudah siap,” ujar Kang Emil. (mid/rls)