Tawur Ji. Tawur. Selamat Dawa Umur. Itulah sepenggal doa berbahasa Cirebon yang terdengar merdu di Kawasan Situs Makam Pangeran Pasarean, Kelurahan Gegunung, Kabupaten Cirebon.SAMSUL HUDA DAN
NUR VIA PAHLAWANITA, CirebonTRADISI itu rutin dilakukan di Rabu terakhir bulan Safar. Rebo Wekasan namanya. Sejumlah masyarakat percaya di waktu itu akan turun bencana dan sumber penyakit, sehingga harus melaksanakan sejumlah ritual tradisi tolak bala.
Semuanya, tidak lepas dari pengaruh ajaran Islam yang sudah ada sejak zaman Wali Songo. Tradisi turun temurun itu diyakini sebagai sarana tolak bala. Dalam kitab Al-Jawahir Al-Khoms di halaman 5, karya Syech Kamil Fariduddin As-Syukarjanji menyebutkan, pada tiap tahun hari Rabu terakhir di bulan Safar (Rebo Wekasan), Allah akan menurunkan 320.000 bala bencana ke muka bumi.
Hari itu akan menjadi hari-hari yang paling sulit di antara hari-hari dalam satu tahun. Oleh karena itu, warga Kelurahan Gegunung, Kecamatan Sumber, menggelar sejumlah ritual di Rebo Wekasan. Lokasinya, di Kawasan Situs Makam Pangeran Pasarean, Rabu (14/10).
Salah satunya memanjatkan doa kepada Allah, salat sunah, bersedekah dan mengiring isim Kala Cakra ke Sungai Cipager. Yang dibawa menggunakan kereta kencana.
Isim Kala Cakra itu diletakkan di dasar aliran sungai. Ritual itu dilanjut ngirab mandi di sungai yang memiliki makna menyucikan diri. Warga percaya air sungai tersebut berkhasiat untuk mengusir jin dan menyembuhkan segala penyakit. Juga memohon agar bangsa Indonesia terbebas dari bencana. Yang kini, sedang landa pandemi Covid-19.
Ketua Paguyuban Pangeran Pasarean sekaligus Juru Kunci Situs Makam Pangeran Pasarean, R Hasan Ashari mengatakan, inti tradisi Rebo Wekasan adalah doa bersama untuk meminta dijauhkan dari segala bencana dan musibah. Sebab, menurut kaum sufi, Allah menurunkan lebih banyak bencana di Bulan Safar.
“Ada beberapa rangkaian acara mulai dari doa tolak bala, ngirab mandi, tawurji, sedekah dengan memberi santunan kepada 40 anak yatim, dan 40 duafa serta makan kue apem,” ujar Hasan.
Selain doa, tradisi ngirab mandi di sungai yang menjadi rangkaian acara Rebo Wekasan ini, bermula dari kebiasaan Sunan Kalijaga memandikan warga yang sakit di Sungai Drajat. “Dulu sempat banyak orang yang sakit parah, tetapi setelah dimandikan di Sungai Drajat, ternyata langsung sembuh,” terangnya.