Tradisi itu kami teruskan sampai sekarang untuk meraih karomah Sunan Kalijaga. Hanya saja, karena sungai di Drajat sudah kotor, ngirab mandi dipindahkan lokasinya ke Sungai Cipager yang berdekatan dengan Situs Pangeran Pasarean,” terangnya.
Hasan mengungkapkan, meski di tengah pandemi Covid-19 tradisi Rebo Wekasan, antusias masyarakat mengikuti tradisi tersebut tetap tinggi. “Alhamdulillah acara berjalan lancar dan sukses. Semoga kita yang hadir di sini, dan untuk masyarakat Kabupaten Cirebon dijauhkan dari bencana ataupun musibah. Pada intinya, kita hanya berikhtiar agar diberikan keselamatan,” tandasnya.
Sementara itu, Lurah Gegunung, Abdul Roup SH mengatakan, tradisi Rebo Wekasan ini mempunyai efek positif bagi masyarakat Kabupaten Cirebon. Yakni, menjaga, merawat dan melestarikan tatanan adat yang ada di Cirebon sebagai warisan para leluhur.
“Rebo wekasan ini perwujudan manivestasi tradisi budaya kita yang sudah berlangsung secara turun temurun. Salah satunya ikon petilasan di kawasan Situs Makam Pangeran Pasarean,” paparnya.
Selain itu, doa di dalam rangkaian acara Rebo Wekasan ini, untuk menolak bala. Sebab, banyak musibah yang turun di Rebo Wekasan. “Jadi, ketika masuk di hari Rabu terakhir bulan Safar, masyarakat melakukan doa tolak bala. Salah satunya acara yang digelar di Situs Pangeran Pasarean,” imbuhnya.
Ia menambahkan, kegiatan Rebo wekasan diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi warga di Kelurahan Gegunung. Baik sosial maupun agama. Terlebih saat ini, kondisi masyarakat berada di masa pandemi Covid-19. “Tentunya sangat dibutuhkan gerakan sosial dan solidaritas masyarakat,” katanya
Kegiatan serupa juga dilakukan di Pondok Pesantren (Ponpes) Sunan Gunung Jati Blok Duku Malang, Desa Kalisapu, Kecamatan Gunungjati. Melaksanakan salat sunah daf il bala (tolak bala) dengan menerapkan protokol kesehatan.
Kepada Radar, tokoh masyarakat Desa Kalisapu, Akhmad Aflaha SE MM menyampaikan, pada hari Rabu terakhir bulan Safar (Rebo Wekasan) Allah SWT menurunkan berbagai macam penyakit. Untuk itu melalui salat sunah tolak bala memohon agar terhindar dari berbagai macam penyakit dan marabahaya.
“Salat dilaksanakan 4 rakaat dengan dua salam. Pada akhir salat imam menulis rajah (jimat) di sebuah kertas dan sambil menunggu imam menulis, jamaah membaca puji-pujian hasbunallah wanikmal wakil dan seterusnya. Kemudian kertas tersebut dimasukkan dalam toren yang airnya untuk mandi sepulang salat sampai batas waktu sebelum Duhur,” tutur Aflaha.