WALED – Adanya aplikasi online bantuan namun tidak diiringi sosialisasi dari Kemensos RI membuat pemdes seperti dibenturkan dengan warga. Karena warga yang terdata menerima dalam aplikasi tersebut mendatangi pemdes untuk mengambil bantuan. Padahal warga tersebut tidak mendapatkan bantuan.
Kuwu Cikulak, Yusnaedi kepada Radar mengatakan, adanya aplikasi online Kemensos terkait dengan bantuan sosial (bansos) kepada masyarakat membuat rancu d itengah masyarakat. “Aplikasinya sih cukup baik, tetapi kurang sosialisasi kepada masyarakat,” keluhnya.
Aplikasi online tersebut bisa mengetahui warga yang menerima bantuan sosial. “Yang mendapatkan itu nama kepala keluarga. Tetapi dalam aplikasi tersebut nama yang masih dalam satu KK juga tercantum mendapatkan bantuan. Jadi ketika dicari melalui NIK nama anggota keluarga dalam satu KK itu juga dapat. Padahal yang dapat hanya kepala keluarganya saja,” bebernya.
Sehingga karena merasa mendapatkan bantuan dan tertera dalam aplikasi tersebut warga mendatangi balai desa. “Awalnya mereka datangi kantor pos, karena tidak dapat akhirnya mereka mendatangi pemdes. Akhirnya kita di desa yang dibenturkan dengan warga,” keluhnya.
Yusnaedi berharap ada sosialisasi dari Kemensos terkait aplikasi online tersebut. “Saya tidak menyalahkan warga, karena memang warga tidak tahu. Jadi di sini Kemensos harus mengimbangi dengan melakukan sosialisasi, sehingga tidak lagi ada kesalahpahaman dari warga,” usulnya.
Diakui Yusnaedi tidak sedikit warga yang menuding pemdes menyembunyikan bantuan tersebut. “Nah, yang bikin kita resah itu tidak sedikit pula warga yang sudah diberi tahu jika tidak mendapatkan bantuan nggak percaya. Malah menuding pemdes yang tidak-tidak,” ujarnya. (den)