Hal ini, diwanti-wanti karena pihaknya tidak ingin ke depan kembali muncul penularan virus corona yang berasal dari kluster perkantoran dan pemerintahan.
BUS BATAL BERANGKAT
Geliat pariwisata mesti terhenti kembali setelah diberlakukannya jam malam. Sejak 9 Oktober diberlakukannya jam malam di Kota Cirebon, hal ini berpengaruh besar kepada pelaku pariwisata khususnya di Cirebon.
Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) DPC Wilayah III Jabar, Abdul Rozak SAg menuturkan, perjalanan wisata dari Cirebon ke beberapa kota sebenarnya sudah mulai berjalan. Perjalanan rombongan dengan bus dalam jumlah kecil mulai banyak dilakukan ke kota terdekat seperti Jogja dan Pangandaran. Namun setelah diberlakukannya jam malam ini, beberapa perjalanan pun dibatalkan.
“Setidaknya 2 hingga 3 perjalanan rombongan bus dibatalkan dengan tujuan Cirebon-Jogja karena adanya pemberlakuan jam malam ini,” tuturnya.
Untuk kunjungan wisatawan ke Cirebon pun, kini ia mengungkapkan turut menurun tingkat kunjungannya. Padahal usai sosialisasi pariwisata dengan AKB geliat pariwisata mulai terjadi dan mulai ada kenaikan sekitar 10%.
“Saat ini tamu dari Jakarta ke Cirebon masih ada, namun persentasenya belum sampai 10%,” terangnya.
Sementara itu, hingga kini Rozak pun menuturkan meski wisatawan dari berbagai daerah masih kecil, tetapi objek wisata di Cirebon sudah sangat siap menerima wisatawan dengan berbagai protokol kesehatan. Yang ia kritik adalah controlling dan ketaatan protokol kesehatan yang harus ditingkatkan lagi pada masyarakat.
“Dalam mengembalikan geliat pariwisata protokol kesehatan, harus diterapkan dengan ketat, controlling harus dilakukan,” ungkapnya.
Ia pun berharap di tahun 2021, geliat pariwisata sudah bisa mulai kembali seperti sedia kala. Bukan lagi hanya perjalanan keluarga dengan roadtrip, namun perjalanan pariwisata dengan jumlah rombongan bisa dilakukan seiring dengan terselesaikannya pandemi ini. (azs/apr)