Dua tahun 10 bulan Rahman Surahman mendekam di balik jeruji besi sebagai narapidana terorisme. 10 hari lalu dia bebas. Kini, Rahman berharap bisa menata kehidupannya kembali dari titik nol.
TATANG RUSMANTA, Cirebon
RABU siang (21/10) Rahman Surahman kembali ke rumahnya di Kampung Karang Anyar, RT 03, RW 10 Kelurahan Jagasatru Selatan, Kota Cirebon. Rahman divonis 3,5 tahun penjara. Dia bersama Reza Nurjamil terlibat dalam pengiriman WNI yang akan berjihad di Marawi, Filipina.
Rahman mendapat remisi, dia bebas setelah menjalani kurungan dua tahun 10 bulan. Bapak tiga orang anak itu dibebaskan dari Balai Pemasyarakatan (Bapas) Nusakambangan. Setelah bertemu dengan keluarganya dan menjalani karantina di Kabupaten Tasikmalaya, dia akhirnya kembali menginjakan kaki di Cirebon.
“Sekitar satu bulan lalu ada pihak Bapas Nusakambangan mengabarkan bahwa Kang Maman (sapaan karib Rahman) akan segera bebas. Warga di sini diberikan penjelasan dan diminta persetujuannya menerima Kang Maman kembali,” kata Supriyanto, tetangga dekat Maman.
Dengan mengenakan setelan batik berwarna coklat, celana cingkrang dan peci, Maman bersedia menerima saya di rumah Supriyanto, Rabu malam (21/10). Senyumnya mengembang sebelum ia menyapa kami yang lebih dulu tiba di rumah yang terletak di Jalan Pangeran Drajat, Jagasatru Selatan tersebut. “Maaf tadi habis istirahat dan salat Isya dulu,” katanya.
Sorot matanya tajam, gaya bicaranya lugas. Tapi tidak ada kesan sangar seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Maman terbuka mengisahkan perjalanan kelam hidupnya. Dia ditangkap Densus 88 saat melintas di kawasan Lemahwungkuk. Dia tak ingat lagi tanggalnya.
“Itu hari Jumat, bulan Desember 2017. Saya tiba-tiba dibekuk beberapa orang dari belakang. Hari Minggunya saya dibawa ke Mako Brimob Kelapa Dua,” kenangnya.
Beberapa pekan sebelumnya, dia kembali dari Tarakan, Kalimantan Utara. Di Tarakan, Maman bertugas mengantarkan salah satu rekannya ke Nunukan, pos berikutya sebelum Sabah, Malaysia kemudian Marawi di Filipina. Itu adalah tugas yang diembannya sebagai anggota Jamaah Ansharu Daulah (JAD).
“Saya pulang ke Cirebon karena kehabisan uang. Sebetulnya, tujuan saya ketika itu juga menyebrang ke Filipina,” tuturnya.