Para pemimpin muslim dunia beberapa hari terakhir ini, menggaungkan seruan boikot terhadap semua produk Prancis. Ini menyusul statemen Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dinilai menghina Islam. Ajakan boikot juga disuarakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan sejumlah ormas Islam di tanah air. Seruan ini diharapkan menjadi efek jera bagi Perancis.
***
ANGGOTA Komisi I DPR RI Toriq Hidayat mendukung seruan tersebut. Dengan mendukung dan menjalankan seruan MUI tersebut, menegaskan bahwa seruan MUI dan ormas-ormas Islam tentang pemboikotan produk Prancis, juga untuk menunjukkan kecintaan umat Islam terhadap Nabi Muhammad.
“Pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron tentang kartun Nabi Muhammad SAW dapat menyulut permusuhan. Alasan kebebasan berpendapat yang dilontarkan Macron itu tidak bisa diterima,” tegas Toriq, kemarin.
Menurutnya, jika ada umat Islam yang melakukan tindak kekerasan, jangan hanya mereka yang disalahkan. Karena itu merupakan dampak dari pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron sendiri.
“Dalam melihat setiap masalah yang terkait dengan umat Islam, negara-negara barat tidak berlaku adil dan jujur. Karena biasanya mereka hanya melihat apa yang terjadi dan enggan mencari akar penyebab mengapa hal itu terjadi,” ujarnya.
Ia menegaskan, Emmanuel Macron harus mencabut ucapannya dan meminta maaf kepada umat Islam untuk menghindari semakin besar gerakan perlawanan umat Islam.
“Saya yakin jika dia mau meminta maaf atas sikap dan tindakannya itu, maka umat Islam pasti akan memaafkannya. Sehingga, api permusuhan yang sudah menyala akan bisa padam secepatnya,” tegas Toriq.
Politisi PKS ini akan mendesak pemerintah Indonesia agar mengambil sikap tegas dan langkah diplomatik konkrit, bahkan kalau perlu memulangkan Duta Besar Prancis.
Terpisah, MUI mengajak pemboikotan terhadap produk Prancis karena Macron yang masih bersikeras tidak meminta maaf kepada umat Islam atas pelecehannya terhadap Nabi Muhammad.
Wakil Ketua Umum MUI KH Muhyiddin Junaidi meminta untuk memboikot semua produk yang berasal dari negara Prancis serta mendesak kepada Pemerintah Republik Indonesia untuk melakukan tekanan dan peringatan keras kepada Pemerintah Prancis.
Ia meminta Pemerintah Indonesia untuk sementara waktu menarik Duta Besar Indonesia di Paris, Prancis, hingga Presiden Macron menarik ucapannya dan meminta maaf kepada umat Islam se-dunia yang melontarkan pernyataan bernada “Islamophobia”.