Rangkaian Ritual Pasca Panjang Jimat Selesai

Rangkaian Ritual Pasca Panjang Jimat Selesai
Nayaga Gong Sekati menjalankan tradisi Gong Sekati Mlebet dan Tumpengan yang merupakan penutup ritual muludan di Keraton Kanoman, Jumat (30/10). Foto: Khoirul Anwarudin/Radar Cirebon
0 Komentar

Pandemi Covid-19 menjadi salah satu penyebabnya. Meski demikian, ritual tahunan itu tetap berlangsung khidmat.
Juru Bicara Keraton Kanoman, Ratu Raja Arimbi Nurtina ST MHum mengatakan, pada peringatan Panjang Jimat (Muludan, red) kali ini, Keraton Kanoman melaksanakannya secara sederhana dan khidmat. Hal ini dikarenakan mewabahnya Covid-19 yang masih melanda hampir di seluruh belahan dunia, termasuk di Indonesia.
“Sesuai dengan imbauan Pemerintah Kota Cirebon dan pihak kepolisian, dalam pelaksanaan peringatan Panjang Jimat tahun ini, Keraton Kanoman meniadakan pasar malam muludan. Termasuk di dalamnya meniadakan pedagang,” kata Arimbi di sela-sela kegiatan.
Jauh-jauh hari sebelumnya, lanjut Arimbi, pihaknya mengimbau agar masyarakat tidak perlu hadir di acara Panjang Jimat. Bahkan, upaya lainnya yang dilakukan adalah dengan meniadakan undangan muludan.
“Upaya ini bertujuan mengurangi jumlah tamu undangan yang biasa hadir dalam acara ritual Panjang Jimat,” paparnya.
Selain itu, kata Arimbi, imbauan kepada para pelaku yang terlibat dalam acara muludan dan setiap masyarakat yang hadir, agar menjaga protokol kesehatan dengan memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
Sehingga, dengan adanya upaya ini, bisa memutus dan mencegah penularan Covid-19. Dan tetap bisa melaksanakan tradisi Panjang Jimat sebagai Pakem Leluhur yang tidak bisa ditinggalkan.
Perlu diketahui, Panjang Jimat ini adalah malam yang bersejarah dalam sejarah manusia dan alam semesta. Sebab, malam panjang jimat merupakan acara ritual terbesar lantaran Nur Nabi Muhammad menjadi sebab adanya dunia dan alam semesta.
Panjang Jimat ini maknanya prosesi jelang kelahiran nabi. Kami mempersiapkan segalanya, termasuk pencucian benda-benda pusaka ini selama 40 hari.
Dia menambahkan, selain benda-benda pusaka, sejumlah makanan bergizi dan wewangian pun diarak. Arak-arakan dimulai dari Pendopo Jinem menuju Masjid Keraton Kanoman. (*)

0 Komentar