“Setelah itu, memperbesar jaringannya difasilitasi oleh kita, sehingga nanti terjadi hubungan ekonomi yang sangat baik. Tanah yang subur tetap ditanami tumbuhan, ekonomi meningkat untuk warga lokal, dan trader eksportir juga memperbesar pasarnya,” tambahnya.
Selain itu, Kang Emil juga mengatakan bahwa Pemda Provinsi Jabar akan mencanangkan program Petani Milenial di 2021. Hal itu menjadi upaya Jabar dalam menekan arus urbanisasi khususnya untuk generasi milenial yang ada di desa.
“Semoga Januari 2021 kita launching (Petani Milenial). Hasilnya dibeli dengan harga yang baik diawal dan terjadilah budaya baru, yakni kalau Anda anak muda tidak harus selalu hijrah ke kota, tinggal di desa, rezeki kota, bisnis mendunia,” kata Kang Emil.
Menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Jabar Dadan Hidayat, sektor tanaman pangan dan hortikultura merupakan salah satu dari lima sektor lapangan usaha yang masih tetap eksis di masa pandemi Covid-19.
Selain itu, lanjut Dadan, berdasarkan data Stasiun Karantina Pertanian Kelas 1 Bandung, nilai transaksi ekspor sektor pertanian sepanjang 2020 untuk komoditas sayuran mencapai 2.774.054 kilogram dan nilai transaksi mencapai Rp46 miliar dengan negara tujuan China, Thailand, dan Singapura.
Selain itu, ekspor komoditas buah sebanyak hampir 2.540.961 kg (Rp44 miliar) dengan negara tujuan Singapura, Malaysia, China, dan Hong Kong, tanaman obat mencapai 10.800 kg (Rp312 juta) dengan negara tujuan Singapura, serta tanaman hias 74,520 batang (Rp2,49 miliar) dengan 54 negara tujuan seperti Turki, Amerika Serikat, Jepang, hingga Italia. “Berdasarkan data total ekspor sejak awal tahun 2020 di Jawa Barat telah mencapai angka Rp3 triliun,” ujar Dadan. “Orientasi ekspor adalah salah satu solusi yang akan dijadikan alternatif dalam konteks pengembangan komoditas tanaman pangan dan hortikultura di Jawa Barat ke depan,” katanya. (mid)