GEMPOL – Reskrim Polsek Gempol sedang mengejar geng motor yang telah menembak warga Desa Kedungbunder, Kecamatan Gempol menggunakan senapan airsoft gun. “Yang membawa airsoft gun dan membawa senjata tajam belum diamankan. Kami masih dalami. Tapi, pergerakan mereka sudah termonitor. Identitas mereka sudah kita kantongi,” kata Kapolsek Gempol Kompol Sukhemi.
Namun demikian, polisi sudah mengamankan dua pelaku anggota kelompok mereka. Mereka berinisial YH dan SK. Keduanya warga Arjawinangun yang ikut menyerang warga Desa Kedungbunder, Kecamatan Gempol.
“Peran mereka berbeda. YH yang melempar batu kepada warga. Sedangkan SK sebagai jokinya. Kalau yang bawa airsoft gun dan senjata tajam belum kita amankan,” jelasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, kelompok geng motor kembali berulah di Kabupaten Cirebon. Kali ini, mereka beraksi di Desa Kedungbunder, Kecamatan Gempol. Akibat aksi brandalan bermotor ini, tiga orang mengalami luka tembak di bagian punggung dan di bawah ketiak. Mereka adalah Hasan (27) dan Iman (14) keduanya warga Desa Kedungbunder, serta Tono (28) warga Palimanan Barat, Kecamatan Gempol.
Informasi yang dihimpun Radar Cirebon, peristiwa itu terjadi pada Minggu sore (8/11). Kelompok geng motor konvoi dari arah Cirebon menuju Bandung. Di depan Pabrik Indocement gerombolan motor itu berhenti, kemudian menembak Tono. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan ke arah Bandung.
Sampai di depan kantor Balai Desa Kedungbunder, mereka juga berhenti terlibat saling ejek dengan pemuda setempat yang hendak main bola. Sekelompok geng motor pun mengeluarkan sejenis senapan angin softgun dan senjata tajam (sajam) jenis pedang samurai dan celurit.
“Saya ada di dalam kantor desa waktu itu. Pas keluar, sudah terjadi tawuran lempar batu. Awalnya geng motor melepaskan tembakan ke atas satu kali. Tapi, warga kami melawan. Sehingga menembak lagi dan menggenai warga kami,” kata Yanto, Kemit Desa Kedungbunder.
Yanto mengaku sempat mendekati kejadian. Namun, kelompok geng motor mengacungkan senjata tajam dan senapan softgun ke dirinya agar kembali masuk ke kantor desa. Yanto terpaksa kembali dan menghubungi polsek, koramil, dan aparat desa lainnya melalui telepon untuk memberitahukan kejadian tersebut.