Fasilitas perkantoran pemerintah tersebut, selain Kecamatan Kesambi yang lockdown, juga ada Kelurahan Drajat, Pekiringan, Kelurahan Kesambi dan Karyamulya. Selain itu, ada juga kelurahan lain di luar Kecamatan Kesambi yang pegawainya terpapar, sehingga harus lockdown yakni Kelurahan Pulasaren.
Penanganan lockdown-nya pun sama. Fasilitas layanan publik tersebut baru direkomendasi untuk bisa buka kembali manakala hasil pemeriksaan terhadap pegawai lainnya, sudah benar-benar tidak ada lagi yang tertular atau terpapar virus corona.
Meski demikian, pihaknya menemukan kendala dalam hal waktu untuk memastikan tidak ada lagi penularan di sebuah kluster perkantoran, faskes, maupun kluster terlokalisir lainnya. Sebab kecepatan pengujian PCR di laboratorium yang menjadi mitra pengujian PCR, kapasitasnya tidak sebanding dengan daftar antrean sampel PCR yang hendak dites.
Misalnya di RS Pelabuhan sudah 700-an antrean sampel swab yang menunggu giliran pengujian PCR. Di RSD Gunung Jati juga kapasitasnya sedang terbatas hanya mampu melayani 100 sampel per hari. Bahkan, sampel yang diambil tanggal 13-14 November juga ada yang belum keluar hasilnya. Seperti kluster Apotek Pasuketan dari 25 gelombang II baru keluar hasilnya 15 orang dan hasilnya negatif.
Ini mengingat, intensitas swab test masal yang digelar Satgas COvid-19 Kota Cirebon sedang masif hingga ke puskesmas-puskesmas. Oleh karena itu, wajar jika angka penambahan kasus positifnya berbanding lurus rasio jumlahnya.
Yang disoroti adalah ketika kasus di suatu daerah landai-landai saja, maka patut dipertanyakan mungkin tingkat testingnya rendah. Karena secara nasional pun tren penambahan kasus positif baru sedang dalam posisi yang cukup tinggi, akibat proses testing di beberapa daerah memang sedang masif.
“Tapi alhamdulillah, tadi pagi saya dapat kabar kalau di RST Ciremai mulai hari ini sudah bisa melayani pemeriksaan PCR. Kapasitas per harinya 120. Semoga ini bisa membantu mempercepat. Sehingga untuk memastikan tidak ada lagi penularan pada sebuah kluster,” ujarnya. (azs)