CIREBON – Pihak Keraton Kanoman membantah terkait persoalan dualisme kewenangan yang menjadi faktor penghambat revitalisasi pasar. Sebab, keluarga keraton justru mendorong renovasi dapat segera dilaksanakan.
Juru Bicara Keraton Kanoman, Ratu Raja Arimbi Nurtina mengaku, telah mengetahui bahwa kontrak Pasar Kanoman dengan pemerintah telah berakhir. Sampai saat ini, pihaknya dalam posisi menunggu. Apakah rencana revitalisasi itu terealisasi atau tidak.
“Sebenarnya kita sudah mendorong segera dilakukanya revitalisasi. Hanya saja, oleh pemerintah kita disuruh menunggu, untuk perizinan dan sebagainya, ya kami tunggu. Sampai sekarang kami masih menunggu,” ujar Arimbi, kepada Radar Cirebon, Minggu (22/11).
Ia membantah ditundanya revitalisasi disebabkan oleh pihak keraton. Terutama terkait adanya dua pihak yang sama-sama merasa berwenang di Keraton Kanoman.
Terkait persoalan dualism kewenangan, sebelumnya disampaikan Direksi Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Pasar Berintan saat rapat dengar pendapat (RDP) di DPRD.
Direktur Utama Perumda Pasar, Sekhurohman menyebutkan, pada 2016 lalu ketika kontrak Pasar Kanoman dengan pemkot berakhir. Saat itu, sudah ada investor yang sudah siap merevitalisasinya, yakni PT Inti Utama Raya. Namun, kemudian pada awal tahun ini pihak PT Inti menyatakan mundur.
Rencananya, revitalisasai Pasar Kanoman akan di-take over oleh PT Tarumas Baja Nusantara TBN yang berdomisili di Bali, tapi memang hingga saat ini juga masih belum ada kejelasan.
“Informasi yang kami dapat dari pihak TBN, juga tidak menemukan kesepakatan dengan pihak Keraton Kanoman. Karena di sana ada dua pihak yang mengklaim berwenang atas keraton. Kalaupun nanti ada investor lagi yang berminat, monggo komunikasinya dengan keraton,” sebutnya.
Di sisi lain, Ikatan Pedagang Pasar (IPP) Pasar Kanoman menanggapi positif diundurnya rencana revitalisasi. Ketua IPP, Kuswa mengatakan, para pedagang tak mempermasalahkan revitalisasi pasar diundur.
Hal tersebut menurutnya lebih baik, mengingat dengan adanya pandemi covid-19. Para pedagang merasa khawatir bila pasar direvitalisasi dan harus direlokasi. Sebab, hal tersebut akan membuat omzet para pedagang akan menurun. Dan di lokasi baru, mereka harus mencari pelanggan baru lagi.
“Kalau kami sih ikut saja. Tapi karena sekarang sedang pandemi lebih baik memang ditunda dulu,” kata Kuswa.