INDRAMAYU- SMK Negeri 1 Lelea semakin menunjukan kemajuan dan keunggulannya, sebagai salah satu sekolah yang semakin gaul dan unggul dalam berbagai bidang dan jurusan yang ada di sekolah.
Hal itu, terbukti di usianya yang ke-17, SMK Negeri 1 Lelea berhasil menjadi pelopor sekolah pencetak wirausaha (SPW). Sekolah yang bukan saja mengajarkan siswanya untuk menimba ilmu, melainkan mereka diajarkan cara berniaga yang bersentuhan langsung dengan konsumen atau pembeli.
Bahkan, di ulang tahun yang ke-17, Rabu (18/11) malam, SMKN 1 Lelea melakukan grand opening Ness Coffee yang dihadiri muspika, kuwu Tamansari, guru, siswa serta lulusan SMKN 1 Lelea.
Kepala SMK Negeri 1 Lelea, Ayip Saripudin SPd mengatakan, keberadaan Ness Coffe merupakan inovasi dari sekolah yang memiliki motto semakin gaul dan unggul.
“Gaul berarti bisa berkolaborasi dengan siapapun dalam rangka mencapai SMK keunggulan. Unggul dalam menciptakan siswanya yang siap kerja bahkan membuka lapangan kerja atau berbisnis,” terang Ayip kepada Radar Indramayu, Selasa (24/11).
Lebih lanjut, Ayip membeberkan sejumlah prestasi yang diraih sekolah. Pihaknya telah mengikuti seleksi kepala sekolah tingkat nasional dan berhasil terpanggil untuk mengikuti pelatihan di Jakarta.
Diungkapkan Ayip, dari 14.500 kepala SMK se-Indonesia yang terpanggil hanya 440 kepala sekolah dan salah satunya adalah kepala SMK Negeri 1 Lelea. “Di Kabupaten Indramayu hanya SMK Negeri 1 Lelea,” tandasnya disambut tepuk tangan yang hadir.
Dikatakannya, sebagai kepala sekolah terbaik dari 440 kepala sekolah, pihaknya mendapat panggilan untuk dididik selama dua pekan menjadi CEO yang harus memimpin perusahaan.
Selain itu, di ulang tahun (ultah) ke-17, SMK Negeri 1 Lelea berhasil menjadi wakil dari Jawa Barat pada lomba atau pameran digital tingkat nasional dan beberapa lomba serupa juga pada tingkat nasional.
Menurutnya, di era violiti under stinky complek city ambiguity (VUCA) seperti ini, SMK harus mempunyai suatu inovasi. Untuk itu, impelementasi dari pendidikan dua pekan itu, pihaknya melakukan terobosan dengan mendirikan kafe yang dimiliki oleh sekolah, dimana anak-anak yang mengolah, membuat dan melayani. Ayip berharap, dengan Ness Coffee ini akan lahir perusahaan-perusahaan lainnya, tergantung potensi dan mintas yang dimiliki anak seperti kuliner, busana atau industri lainnya. “Di usia sweet seventeen ini saya berharap berubahnya mindset para pemangku kebijakan atau stakeholder di bidang pendidikan bahwa sekarang SMK itu harus berubah, dimana SMK bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi siswanya,” terangnya.