INDRAMAYU- Rencana pemerintah mencabut pembelajaran jarak jauh (PJJ) pada awal tahun 2021 membuat waswas orang tua siswa.
Pasalnya, hingga saat ini kasus Covid-19 terus mengalami peningkatan termasuk di Kabupaten Indramayu. Sehingga, ketika PJJ diganti dengan pembelajaran tatap muka di sekolah, orang tua khawatir anak-anaknya terpapar virus corona.
“Meningkatnya kasus warga yang terkonfirmasi Covid-19 membuat saya waswas dan khawatir ketika kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka di sekolah kembali diaktifkan. Saya khawatir anak terpapar virus corona saat perjalanan menuju sekolah ataupun saat di lingkungan sekolah,” ujar salah seorang orang tua siswa, Watiah (43).
Diakuinya, orang tua ingin anak-anak kembali lagi belajar di sekolah. Tapi, melihat perkembangan kasus positif yang meningkat drastis, termasuk menjangkiti anak-anak membuat dirinya cemas.
“Terus terang saya dilematis. Satu sisi, anak ingin ke sekolah tetapi melihat dan mendengar pasien positif Covid-19 terus meningkat saya kawatir. Saya cemas jika belajar tatap muka di sekolah diaktifkan kembali anak terpapar corona karena hingga saat ini belum ada obatnya,” tuturnya.
Apalagi, kata Watiah, virus corona bisa menyerang siapa saja, termasuk petugas medis yang setiap hari menjalankan protokol kesehatan. “Sebagai orang tua sih, KBM tatap muka jangan dulu dilaksanakan tetap secara daring dulu sampai ada vaksin, walaupun di hati ingin sekali anak kita kembali belajar di sekolah,” ujarnya.
Sementara itu, Praktisi Pendidikan A Ripai SPd mengatakan, terus meningkatnya kasus Covid-19 di Indramayu menjadi perhatian semua kalangan, termasuk di sektor pendidikan formal ataupun nonformal. Menurutnya, saat KBM tatap muka diberlakukan, semua pihak pemangku kebijakan mulai dari pusat, provinsi, kabupaten, dinas pendidikan dan sekolah harus bisa menjamin para siswa bisa terhindar dari Covid-19.
“Saat di sekolah harus selalu disiplin protokol kesehatan 3 M yakni memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Tetapi siswa ada kalanya pulang sekolah tidak langsung pulang malah main dulu. Nah, apakah bisa menjmin anak langsung pulang ke rumah,” ujarnya.
Menurut Ripai, KBM secara tatap muka berpotensi memunculkan kluster baru di sekolah. Sehingga, untuk kembali mengadakan KBM secara tatap muka perlu dikaji dan dibahas secara matang. “Bukan hanya diadakan simulasi ada perketat aturan prokes, tetapi sekolah bisa menjamin para siswa-siswinya aman dan nyaman terbebas bari paparn virus,” tandasnya. (oni)