Keraton Kaprabonan Cirebon Melintasi Zaman (2-Habis)

Keraton Kaprabonan Cirebon Melintasi Zaman (2-Habis)
Pangeran Hempi Raja Kaprabonan (kiri) menunjukan kitab-kitab ajaran Islam peninggalan dan pemberian dari Syekh Syarif Hidayatullah. Foto: Khoirul Anwarudin/Radar Cirebon
0 Komentar

Sampai saat ini, banyak pihak yang masih menyangsikan kalau Kaprabonan merupakan otoritas kesultanan yang berdiri mandiri. Namun, beberapa bukti menunjukan jika Kaprabonan pernah diakui sebagai kesultanan.

KHOIRUL ANWARUDIN, Cirebon
DIBANDINGKAN keraton-keraton lainnya di Kota Cirebon, Kaprabonan memang memiliki ukuran yang paling kecil. Keraton ini dari segi arsitektural, terlihat seperti ndalem atau rumah keluarga keraton pada umumnya. Tidak ada alun-alun dan masjid agung yang biasa dilihat layaknya keraton lain.
Akses masuk keraton ini hanya melalui sebuah gang selebar tiga meter di antara deretan ruko. Bangunan di dalamnya pun sangat sederhana. Tidak menunjukan kemewahan dan kemegahan sebuah keraton. Lebih berbentuk rumah dengan halaman kecil di dalamnya.
Sultan Kaprabonan, Pangeran Hempi Raja Kaprabon, mengatakan, pihaknya tak terlalu ambil pusing terhadap anggapan yang menyatakan kalau Keprabonan hanya merupakan peguron atau tempat perguruan saja. Menurutnya, beberapa bukti menunjukan kalau sejak dulu, Kaprabonan telah mendapatkan pengakuan.
“Kalau masih penasaran, silakan saja datang langsung ke sini,” ungkapnya, kemarin.
Sebagai sebuah entitas kesultanan, Kaprabonan juga mengalami situasi naik turun. Puncaknya, terjadi pada sekitar tahun 1950-an. Yakni Sultan Kaprabonan saat itu, Pangeran Aroeman Raja Kaprabonan menjabat sebagai anggota konstituante RI pada pemilu yang pertama tahun 1955, yang mewakili rakyat yang tak berpartai.
Pangeran Aroeman sendiri, kata Pengeran Hempi, pada tanggal 10 Juli 1946 diangkat oleh sekitar 10.000 warga untuk menjadi Sultan Kaprabonan. Dan saat itu, rakyat mengakui berdirinya Keraton Kaprabonan.
“Pada tanggal 24 April 1948, Raja Kaprabon diangkat pula oleh RECOMBA Jawa Barat sebagai Kepala Jawatan Penerangan Karesidenan Cirebon, dengan gelar Raja Kaprabonan,” tuturnya.
Keraton Kaprabonan juga telah turut membantu pembangunan Monumen Nasional (Monas). Bahkan, Raja Kaprabon menyumbangkan uang sebesar Rp3.000 kepada pemerintah Republik Indonesia.  Surat tanda penerimaan ucapan terima kasih dari Sekretaris Kabinet saat itu, Mr Santoso juga masih tersimpan rapi di arsip Keraton Kaprabonan.
Menurut Pangeran Hempi, dulu Keraton Kaprabonan memiliki lahan yang cukup luas. Namun perlahan-lahan itu menyusut karena banyak yang sudah dipecah dan dijual oleh para ahli warisnya menjadi hak milik pribadi.

0 Komentar