Penghuni Rusun Dukuh Semar; Ragam Suku dan Profesi

ade-CS-Lintas Suku di Rusun Dukuh Semar (32)
DAMAI: Penghuni rumah susun (Rusun) Dukuh Semar, Kota Cirebon dari berbagai suku, agama dan profesi. Tetapi, perbedaan itu justru membuat mereka guyub dan damai. FOTO: ADE GUSTIANA/RADAR CIREBON
0 Komentar

Penghuni Rusun Dukuh Semar; Ragam Suku dan Profesi
*Berbeda Tetap GuyubMengunjungi rumah susun ini seperti tidak sedang berada di Cirebon. Berbincang dengan penghuni, jangan heran kalau suara mereka lantang-lantang. Ya, logat Batak. Ups, bukan hanya itu. Ada juga warga Tionghoa. Kemudian Jawa. Lalu Sunda. Dan, yang lainnya.***RUSUN ini berlokasi di Kelurahan Kecapi, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon. RT: 7 dan 10, RW: 3. Dekat dengan Terminal Dukuh Semar, sekitar 100 meter. Posisinya saling membelakangi dengan asrama mahasiswa Akademi Militer Cirebon (AMC).
Dua hunian vertikal itu, jumlah kamar dan bentuk bangunannya sama. Masing-masing ada lima lantai. 60 kamar. Tiap lantai dihubungkan dengan anak tangga. Beda dengan asrama mahasiswa, dinding rusun ini belum tersentuh polesan cat. Dibiarkan warna semen: abu-abu. Sementara rusunawa berwarna biru. Halamannya lumayan luas. Bisa menampung hingga belasan kendaran roda empat.
Masing-masing kamar dikenakan sewa berbeda. Lantai dasar paling mahal. Yakni Rp300 ribu. Sementara untuk luas kamar di tiap lantainya sama saja. Nominal itu hanya untuk biasa sewa. Belum termasuk air dan listrik token. Jika dengan itu, paling nambah Rp50-70 ribu. Tergantung pemakaian.
“Kalau kamar bawah (lantai satu, red) biasanya digunakan untuk jualan,” kata Marulak Banjarnahor, penghuni juga.
Lalu biaya sewa lantai dua Rp180 ribu. Beda dengan lantai dasar, di lantai dua ini kamar mandi ada di tiap kamar. Sedangkan lantai satu itu, satu kamar mandi untuk dua kamar. Ada tiga kamar mandi di sana. Artinya, ada tiga kamar. Termasuk kantor yang dihuni pengurus. Biaya sewa lantai tiga lebih murah Rp10 ribu dibanding lantai dua. Begitu juga seterusnya. Semakin ke atas, diskon Rp10 ribu.
Segala keperluan yang menyangkut fasilitas, penghuni rusun akan mengadu ke pengurus. Termasuk ketika saluran pembuangan mampet. “Asal kita bayarnya lancar aja,” ungkap Filipus Karyadi, penghuni lantai satu. Dia asal Kabupaten Kuningan yang bekerja sebagai penasehat agama.
“Bukan berarti tinggal di rusun semua orang tidak mampu. Ada juga yang kamarnya pakai AC kok,” terang Diarita Mandasari, telunjuknya sambil menunjuk wujud AC yang dimaksud. Dia juga penghuni di lantai satu.

0 Komentar