Sementara untuk mengejar insentif Rp1 juta untuk hasil tangkapan 1 ton dirasa sangat sulit. Ia mengaku tak pernah memperoleh insentif tersebut. “Paling banyak 700 kilogram,” terangnya.
ABK lain, Wartono, dilematis terhadap tuntutan memperoleh hasil tangkapan yang banyak. Karena kalau tidak, katanya, posisinya sebagai ABK bisa digeser. “Bisa dipecat kalau hasil sedikit,” khawatirnya.
Pria asal Kapetakan, Kabupaten Cirebon itu juga pernah menjadi seorang tekong. Namun kini kembali menjadi ABK. Turun pangkat.
Hal dilematis selanjutnya adalah mengenai cuaca. Jumat (4/12) pagi ini rencananya Wartono akan pergi berlayar ke pulau Kalimantan. Mengingat ini adalah musim peralihan. Memasuki angin barat. Yang dikenal dengan badai dan ombak tingginya itu. Pemberangkatan kali ini rencananya selama 4 bulan. kemarin, kapal yang akan ditumpangi telah siap dan beres diperbaiki.
ABK Kapal Cumi-cumi ini kerja malam hari. Ya rentang magrib hingga subuh tadi. Ketika siang hari ya dimanfaatkan untuk istirahat. Sekadar tidur atau saling unjuk gigi hasil tangkapan. Jika satu malam bisa dapat Rp150 ribu, seperti Andi, bisa diprediksi pendapatan dia ketika berlayar. Misalnya berlayar selama 100 hari. Andi bisa mendapatkan Rp15 juta.
Namun jika beruntung Andi dan Wartono bisa mendapatkan hasil tangkapan 100-200 kilogram per malam. Pasti lebih besar lagi uang yang diperoleh. Satu kapal terdiri dari 12 hingga 14 kru. (ade gustiana)