Kembangkan MMA di Kota Cirebon

Kembangkan MMA di Kota Cirebon
Dari kiri, Solihin, David Cristianto Rutciandi dan Rafo Fender Latuperissa usai mengikuti pelatihan pelatih dan wasit IBA-MMA di Kota Bekasi, Minggu (6/12).
0 Komentar

CIREBON – Ikatan Bela Diri Amatir Mixed Martial Arts (IBA-MMA) Kota Cirebon mengirim tiga praktisi bela diri ke Kota Bekasi. Mereka adalah Rafo Fender Latupeirissa, David Cristianto Rutciandi dan Solihin. Selama di Kota Bekasi, ketiganya mengikuti pelatihan pelatih dan wasit IBA-MMA tingkat nasional.
Pelatihan pelatih dan wasit digelar IBA-MMA Pusat sejak Jumat (4/12) dan baru berakhir pada Minggu (6/12). Event ini berlangsung di salah satu basecamp klub bela diri di Kota Bekasi. “Sepulangnya ke Cirebon harus bisa mentransfer pengetahuan yang didapat di Bekasi kepada calon pelatih dan wasit lainnya,” kata Ketua Umum IBA-MMA Kota Cirebon, Harry Saputra Gani.
Selama di Bekasi, Rafo dan Solihin mengikuti pelatihan pelatih. Sedangkan David Cristianto Rutciandi mengikuti pelatihan wasit. David yang sempat membela kontingen muaythai Kota Cirebon pada Porprov Jawa Barat tahun 2018, merupakan Anggota Bidang Perwasitan IBA-MMA Kota Cirebon.
Sementara itu, Rafo punya basic dua cabang olahraga bela diri. Pada mulanya, dia meniti karir di tinju amatir. Kemudian menyeberang ke muaythai sampai akhirnya mendirikan Muaythai Indonesia (MI) di Kota Cirebon.
Kini, Rafo juga menjabat Wakil Ketua II IBA-MMA Kota Cirebon. Selain muaythai, dia juga berkomitmen membangun cabang olahraga bela diri campuran. Solihin memiliki disiplin bela diri judo dan gulat. Dia cukup lama menjadi pelatih gulat Kota Cirebon. Kini Solihin menjabat Kepala Bidang Kepelatihan IBA-MMA Kota Cirebon.
“Khusus di IBA-MMA ini, kami belajar lagi dari nol. Mulai dari peraturan dasar dalam pertandingan, hingga teknik-teknik paling sulit untuk menaklukkan lawan,” kata Rafo kepada Radar Cirebon.
Seperti namanya, MMA merupakan olahraga bela diri lintas disiplin alias bela diri campuran yang menghalalkan atletnya menggunakan berbagai teknik bela diri di dalam suatu pertandingan. Namun demikian, tidak seperti di dunia profesional yang sering disiarkan televisi, peraturan di level amatir cukup ketat.
Misalnya, saat ground fighting, dua petarung yang sedang bertanding tidak diperkenankan lagi saling menyerang menggunakan lutut. “Saya yang memiliki basic bertarung tinju dan muaythai, mendapat pelajaran baru untuk main di bawah dengan bantingan dan kuncian,” tambah Rafo.

0 Komentar