Makanan-makanan itu juga melalui pertimbangan. Ya, mana yang layak diberikan dan tidak. Ada 35 member yang telah ikut bergabung menjadi member pada aplikasi tersebut. Dan terus bertambah seiring lamanya waktu. Sekarang terhenti karena situasi pandemi ini.
Kenapa harus limbah elektronik? Karena limbah jenis ini di kondisi serba digital kerap ditemukan. Apalagi bagi mereka yang belajar/bekerja dari rumah. Limbah itu pun banyak terkumpul. Misalnya headphone, mouse, jam weker, terminal, stop kontak dan banyak lagi. Begitu juga ketika barang-barang itu sampai di tangan pengepul. Putri tak meminta hasil dari apa yang telah diserahkan.
“Dari awal memang niatnya ingin membentuk organisasi non profit,” katanya kemarin.
Namanya organisasi semestinya tak serba dilakoni sendiri. Putri pun sedang mencari orang-orang yang satu visi. Misalnya, komunitas pegiat sampah tadi. Sampai sekarang belum bertemu. Ia juga berharap ada sumbangsih pemerintah. Karena dirasa ini adalah tanggungjawab bersama.
Limbah elektronik juga dianggap memiliki kandungan zat berbahaya. Apalagi jika tercampur dengan limbah lain. Yang kadang tercecer atau disepelekan begitu saja di tempat pembuangan akhir. Sehingga memicu pemanasan global atau global warming. Yang semakin mengkhawatirkan tersebut.
Jangka panjang, alumnus SMAN 2 Cirebon jurusan IPA itu berencana mengembangkan apa yang telah dikerjakan. Dengan menampung semua jenis limbah. Tak hanya elektronik. Tapi semua jenis yang dikategorisasi: Organik, Anorganik dan limbah B3.
Lalu dari mana ia mendapatkan biaya untuk mengembangkan itu semua? Dikatakan, kalau kampus tempat ia kuliah sangat mendukung. Asalkan apa yang dikerjakan terukur dan bermanfaat bagi orang banyak. Itu, sesuai apa yang menjadi niat Putri. Ketika dia menerima beasiswa dari Kemendikbud untuk kuliah di UPI. Hingga lulus. Termasuk menjamin biaya hidup.
Di tiap akhir semester, Putri juga selalu mendapat pertanyaan. Seputar inovasi apa yang telah dia buat untuk lingkungan sekitar. dari situ dia merasa terpanggil. Dan terus memikirkan inovasi sebelum akhirnya tercetus ide ini.
Putri mengatakan visi utama Elwaste adalah sebagai wadah penyalur. Antara pengguna atau pembuang sampah dengan komunitas. Atau industri kreatif, usaha kecil dan menengah. Yang berfokus pada pengolahan sampah elektronik.