Terpisah, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cirebon, Dr Alex Suheriyawan MPd mengatakan, dari hasil assessment di lapangan, ada tiga faktor penyebab utama terjadinya banjir.
“Pertama cuaca ekstrem. Saat ini, kita memasuki musim hujan dengan curah hujan cukup tinggi. Dan puncaknya baru akan terjadi pada Januari hingga Februari 2021,” ujarnya.
Selanjutnya, tingginya curah hujan membuat sungai-sungai yang ada tidak kuat menampung debit air yang mengalami peningkatan. Dan akhirnya membuat sungai-sungai meluap. Tidak maksimalnya sungai dalam menampung debit air, karena faktor pendangkalan sungai.
“Kami melihat sungai-sungai di wilayah rawan banjir perlu normalisasi. Banyak terjadi pendangkalan baik karena sedimentasi ataupun dari sampah yang dibuang ke sungai,” imbuhnya.
Faktor penyebab selanjutnya, menurut Alex, karena rob air laut yang membuat laju air dari sungai yang meluap mengalami perlambatan menuju laut. Sehingga genangan air akibat banjir lupaan air sungai sedikit lebih lama.
“Ada anomali cuaca yang membuat terjadinya rob air laut. Ombak juga sekarang sedang tinggi, sehingga menghambat laju air. Ketiga faktor ini yang membuat banjir terjadi di Cirebon Timur. Kita sudah lakukan beberapa upaya untuk tanggap darurat. Di antaranya dengan langsung turun ke lapangan. Melakukan assessment dan persiapan melakukan upaya-upaya penanganan pasca bencana,” ungkapnya.
Saat ini, menurut Alex, potensi terjadinya banjir masih sangat tinggi. Karena belum masuk fase puncak musim hujan. Oleh karena itu, ia mendorong semua pihak baik dari pemerintah maupun masyarakat untuk mempersiapkan diri dengan melakukan upaya-upaya pencegahan agar dampak yang mungkin terjadi bisa diminimalisir.
“Kerja sama semua komponen untuk mereduksi dampak atau potensi bencana sangat penting dilakukan. Ini sesuai dengan prinsip pentahelix bahwa keterlibatan semua pihak sangat diperlukan dalam penanganan beberapa persoalan kebencanaan,” katanya. (den/dri)