Namun, ada kelompok massa berbeda dari arah Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, menuju Monumen Patung Kuda. Massa tersebut juga kemudian dibubarkan paksa oleh petugas Kepolisian yang dikawal kendaraan taktis.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus mengatakan, dalam pembubaran paksa tersebut anggotanya terluka akibat sabetan samurai. Peristiwa tersebut terjadi di depan Balai Kota DKI Jakarta. “Ada anggota yang terluka pada saat pembubaran di depan Kantor Gubernur DKI Jakarta,” ungkapnya.
Dijelaskannya, saat itu petugas sedang membubarkan massa yang awalnya berkumpul di Monumen Patung Kuda. Kepolisian kemudian bergerak mendorong massa untuk membubarkan diri, namun saat berada di depan Balai Kota DKI Jakarta mendadak ada seorang pengunjuk rasa yang mengeluarkan senjata tajam dan menyerang petugas.
“Pria yang membawa senjata tajam itu sudah diamankan dan dibawa ke mobil tahanan. Senjata tajam jenis samurai tersebut juga kemudian disita polisi,” ujarnya.
Dia juga menjelaskan pihaknya mengamankan 155 orang diduga yang hendak berunjuk rasa di kawasan Monumen Nasional (Monas). “Dari 155 yang kami amankan, ada yang ditemukan bawa ganja di daerah Depok dan ada juga ditemukan bawa sajam,” tutur Yusri.
Tidak hanya itu, pihaknya juga mengirim 22 orang yang akan berunjuk rasa ke Wisma Atlet, karena hasil tes reaktif Covid-19. “Sampai dengan sekarang ada 22 yang reaktif, sekarang kita rujuk langsung ke Wisma Atlet. Ini menandakan bisa jadi klaster di kerumunan ini,” katanya.
Ditegaskan Yusri, pembubaran tersebut karena, pihaknya telah menegaskan tidak memberi izin kegiatan menyampaikan pendapat di muka umum. Tak adanya izin karena masa pandemi.
“Di masa pandemi Covid-19 ini penularan di Jakarta cukup tinggi, kita harapkan mereka bisa mengerti bahwa tidak boleh ada kegiatan yang sifatnya berkerumun,” ujar Yusri.
Koordinator Lapangan Aksi 1812 Rijal Kobar membantah jika ada peserta aksi yang membawa senjata tajam. Ditegaskannya, jika ada peserta aksi yang diamankan karena membawa senjata tajam, maka dipastikan bukan bagian dari massa aksi.
“Saya tidak mengimbau kepada kawan-kawan membawa samurai atau senjata tajam, bisa saja dari pihak provokator yang mencoba mengacaukan aksi kami. Sekali lagi, kalau ada yang tertangkap membawa senjata tajam, saya yakini dan 100 persen, itu bukan massa dari 1812,” ucapnya.