Nasib Kampung Terompet Jamblang yang Nyaris Punah

pesawat tempur china
WASPADA: Salah satu pesawat tempur China yang menjadi bagian dari kekuatan yang dikerahkan ke Selat Taiwan. FOTO: ANTARA/HO-CHINAMILITARY/MII
0 Komentar

Dari tahun ke tahun, terompet itu juga ikut bertransformasi. Semakin ke sini, dibuat semakin menarik. Dari sisi tampilan. Agar semakin disukai anak-anak. Transformasi itu juga dari segi penghasil bunyi pada terompet. Saat awal masih terbuat dari bambu. Semakin ke sini diganti dengan plastik. Khusus dari plastik ini perajin terima jadi. Dari supplier yang masih di wilayah Cirebon.
Perbedaan penghasil bunyi dari bambu dan plastik ada pada kualitas. Plastik menghasilkan bunyi lebih nyaring. Juga lebih awet dibanding bambu. Kemudian variasi itu sesuai kreasi. Jenisnya ada macam-macam. Biasanya hanya berbeda di bentuk kepala terompet. Mulai dari terompet jenis kepada udang, kupu-kupu, ayam dan barongsai. Masih banyak lagi.
Dari perajin langsung satu terompet rata-rata dihargai Rp5 ribu. Beda kalau sudah sampai tangan pemakai. Bisa dijual Rp10-15 ribu. Namun lagi, perajin biasanya hanya melayani pembeli partai. Dikirim menggunakan truk-truk besar. Selain momentum tahun baru, perajin mainan anak-anak ini biasanya banjir pesanan saat hari-hari besar. Atau libur sekolah.
Tak hanya orang dewasa yang melakoni pekerjaan tersebut. Namun juga anak sekolah. Kemarin banyak dari mereka juga melakukan itu. Membuat mainan anak-anak. Hasilnya lumayan buat tambahan uang jajan. Tergantung seberapa banyak mereka menyelesaikan pekerjaan tersebut. Rata-rata, tiap hari per orang Rp30-50 ribu. Bekerja dari pukul 08.00 pagi hingga 16.00 sore. Kadang lembur sampai malam.
Untuk mainan jenis lain seperti klotokan juga dikirim ke luar kota. Namun peminatnya tak sebanyak terompet. Selain ke luar kota, juga diborong penjual keliling. Biasanya dijajakan di lokasi keramaian. Seperti hajatan. Situasi pendemi ini hajatan dilarang. Produksi klotokan itu lebih banyak ditumpuk di rumah perajin-perajin itu.
“Sekarang serba susah. Padahal dari jualan terompet itu lumayan. Bisa beli motor dan biaya hidup lain-lain,” kata Ustati.
Perempuan 56 tahun tersebut juga mengeluh penjualan terompet di tahun ini tak ada sama sekali. Karena jika tetap produksi, tetap saja tak ada yang memesan.
Sama halnya di Kota Cirebon, Satpol PP melarang penjualan terompet. Dengan alasan rawan terjadi droplet. Dikhawatirkan menjadi media penularan baru Covid-19.

0 Komentar