Salah satu siswa SMK di Kota Cirebon menyebutkan sebagai pelajar ia menginginkan adanya pembelajaran tatap muka. Ia menyebutkan, meski tidak digelar tidak hari, setidaknya tatap muka bisa digelar dengan jadwal tertentu. Sebab, yang menjadi persoalan, ia dan rekan-rekannya yang berada di SMK membutuhkan kegiatan praktik.
Aktivitas praktik, lanjut dia, menjadi tidak efektif jika hanya dicontohkan melalui online. Belum lagi, tugas ketika pembelajaran online menjadi lebih banyak. Tenggat waktu yang diberikan sangat singkat.
“Selain itu kadang materi yang diberikan membosankan. Jadi kurang mengerti juga. Nilai saya juga turun. Sementara nanti kami ada praktik dan lain-lain. Ini kan akan jadi masalah,” ujarnya.
Seha Nur Fani, salah satu mahasiswa di perguruan tinggi swasta di Cirebon ini menyebutkan pembelajaran jarak jauh memang lebih aman terutama di saat pandemi ini. Namun ia merasa pembelajaran jadi kurang efektif. Menangkap pemahaman akan mata kuliah yang tak mudah menjadi kendala. Belum lagi adanya fenomena dosen yang hanya memberikan tugas saja. “Aku lebih suka tatap muka, jadi agak kesulitan untuk menangkap pembelajaran saat daring, dosen yang hanya ngasih tugas juga bikin mahasiswa asal ngerjain tuga. Bukan karena paham materinya,” paparnya.
Hal ini juga diraskaan Salsa, salah satu mahasiswa semester awal. Baru mengenyam pendidikan tinggi saat pandemi bukan hal yang mudah. Pasalnya sejak ia masuk dan saat ini mengikuti pembelajaran secara daring. Ia belum pernah berinteraksi langsung dengan teman-teman barunya. Hal ini juga menjadi kesulitan dalam menerima pembelajaran baru. “Sosialisasi juga kurang. Aku pun kesulitan memahami materi yang diberikan karena materi ini baru aku terima di bangku kuliah, sangat berbeda dengan SMA dahulu,” tuturnya.
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang terus menerus dilakukan ini juga ternyata menurunkan kedisiplinan siswa dalam belajar. Memang tidak semua siswa, tapi mayoritas anak atau pelajar agak kurang disiplin. Psikolog Herlina S Dhewantara menuturkan PJJ yang berkepanjangan memang memberi dampak sendiri. Untuk itu, orang tua memiliki peran penting saat PJJ berlangsung. Misalnya membuat suasana rileks saat akan memulai belajar. Sebelum merilekskan anak yang akan memulai belajar orangtua perlu merilekskan diri sendiri terlebih dahulu. “Kesediaan dengan tulus ikhlas mendampingi anak akan membawa energi positif dalam pembelajaran anak,” tuturnya.