Namun jika kenaikkan itu terjadi saat lebaran, konsumen memaklumi. Bahkan di Pasar Pagi, kata Dede, penjual daging sapi bisa menawarkan dagingnya seharga Rp150 ribu. Dan konsumen menerima. Karena kebutuhan meningkat. “Karena saat beli ke jagal di Battembat, naiknya bisa sampai Rp20 ribu,” jelasnya, mengapa menaikkan harga fantastis.
Pedagang daging lain di Pasar Pagi, Yanto, mengatakan, kenaikkan harga daging tersebut terjadi sejak akhir tahun. Dia tidak mengetahui pasti alasannya. Namun kata salah seorang jagal sapi di Battembat, katanya, alasannya karena stok sapi yang semakin sedikit. Juga ongkos akomodasi pengiriman sapi-sapi tersebut. Yanto hanya menjual daging lokal.
Harga jual sama terpantau di Pasar Kanoman. H Diding menjual daging sapi lokal Rp120 per kilogram. Diakui, ada kenaikan harga di tempat dia mengambil daging, juga di RPH Battembat. Sebesar Rp2 ribu per kilogram. “Biasanya akhir atau awal tahun seperti sekarang tidak pernah naik,” terangnya.
Dikatakan, kenaikkan harga daging rutinnya terjadi dua kali dalam satu tahun. Saat Idul Fitri dan Idul Adha. Pun itu berlangsung hanya satu minggu. Setelahnya harga akan kembali normal. Untung yang diperoleh, kata Diding, untuk biaya membersihkan daging. Dan biaya tak terduga lain. Misalnya retribusi pasar hingga penyusutan berat daging akibat terlalu lama dibiarkan. “Kita juga tidak bisa menaikkan harga jual begitu saja. Karena otomatis pembeli akan kabur. Yang bisa dilakukan hanya mengurangi keuntungan,” pungkasnya.
Pedagang bakso ikut melongo. Daging sapi naik membuat mereka semakin terpuruk. Itu, setelah dihantam harga cabai yang meroket. Belum lagi harga sayur-mayur yang ikut-ikutan naik. Di antara mereka mengaku sudah kebal. Akan kenaikan harga tersebut. “Kalau masalah harga komoditi yang naik, pedagang sudah kebal. Kemarin sayuran, terus cabai. Sekarang harga daging,” gerutu Iyan kemarin. Pria 46 tahun itu pedagang bakso di Jl Perjuangan, Kota Cirebon.
Iyan membeli daging sapi lokal di Pasar Plered kemarin. Harganya Rp116 ribu. Naik Rp6 ribu. Sebelumnya dia biasa membeli Rp110 ribu. Meski begitu Iyan tak berani menaikkan harga bakso. Alasannya terlalu kentara. Sungkan kepada pelanggan. Juga ukuran yang sudah tidak mungkin lagi dikecilkan. Dia justru memiliki strategi lain. Yakni menaikkan harga minuman. “Lebih baik menaikkan harga minuman lain, daripada bakso,” terangnya.