Dikatakan, daging sapi adalah adonan dominan dalam membuat bakso. Komposisinya, satu kilo daging dicampur seperempat aci. Daging lebih banyak. Yang akan berpengaruh ke rasa. Yang dirasa lebih original. Karena alasan rasa itu juga, katanya, para pelanggan mau beli. “Memang kenaikan harga daging memberatkan. Tapi lebih memberatkian lagi harga cabai rawit,” terangnya.
Seperempat cabai rawit Iyan membeli seharga Rp20 ribu. Naik beratus-ratus kali lipat. Dan cabai untuk sambal itu dihitung gratis. Tak masuk bon pembayaran. Mau ambil berapa saja terserah konsumen. Dikatakan, harga normal seperempat cabai rawit adalah Rp3.500. “Naiknya tidak kira-kira,” sambungnya. Sementara dalam satu hari dia bisa menghabiskan satu kilo cabai. Rp80 ribu jika diuangkan. Dan empat kilo daging sapi. Kalau sedang laris. “Kalau daging tidak habis, saya masukkan freezer,” jelasnya.
Iyan menggunakan daging sapi lokal untuk campuran baksonya. Lebih mahal dan terasa enak. Meski begitu jika harga daging lokal terus naik, dia akan mencampur daging lokal itu dengan daging impor. “Karena kalau lokal lebih segar. Rasanya juga lebih gurih,” tuturnya. Satu porsi bakso Iyan hanya mengambil untung antara Rp2-2.500. (*)