Dan beruntung di RSDGJ ada bed yang kosong. Sehingga disepakati oleh mereka kalau Edi dirujuk ke RS milik pemerintah di Kota Cirebon itu. Persoalan tak berhenti di situ. Ketika ingin dibawa ke lokasi tujuan, tak ada mobil ambulans. Coba pinjam dan cari sana-sini tak juga dapat. Saat itu Minggu (24/1) pukul 1 dini hari.
Nissa kebingungan. Karena melihat kondisi pasien, diharuskan membawa menggunakan ambulans. Dengan segala perlengkapan media itu. Karena membutuhkan oksigen dan segala macamnya. Nissa sendiri tak punya oksigen tabung. “Saya juga sempat mencari mobil rental untuk membawa pasien. Tapi nihil. Mungkin karena posisinya juga sudah malam,” katanya.
Tak ada rotan akar pun jadi. Nissa memutuskan membawa mobil pribadi. Mobil Camry jadul milik Nissa mendadak dimodif. Saat itu juga. Dari mana oksigen didapat? Sementara masih pakai oksigen jenis semprot milik Nissa pribadi. Sebelum oksigen tabung itu dibeli. Modif ringan itu dilakukan.
Tabung oksigen yang baru dibeli itu diberdirikan. Di belakang jok supir. Lalu diikat dengan lakban. Kencang-kencang. Jangan sampai roboh. Dan pasien berbaring di belakang. Nissa dan seorang perawatnya yang merangkap sebagai sopir saat itu, duduk di kursi depan. Setelah semua beres perjalanan ke Cirebon dimulai sekitar pukul 8 pagi.
Sialnya pagi itu turun hujan. Sangat lebat. Jarak pendang kendaraan terbatas. “Kita tidak bisa ngebut karena jarak pandang terbatas,” kata Nissa. Agar cepat mereka lewat tol Cirebon-Palimanan (Cipali). “Sampai pukul 10 lewat dikit,” imbuh Nissa. Ya, Depok-Cirebon hanya dilalui sekitar 2 jam saja. Dengan hujan lebat. Sementara ketika dia kembali ke Depok, waktu tempuh justru lebih lama. 3 jam. Dengan kecapatan maksimal.
Karena sudah koordinasi, mobil Camry itu langsung terparkir di lorong RSDGJ. Alasan kondisi darurat itu diperbolehkan. Edi segera dilakukan penanganan pertama di IGD. Termasuk dilakukan swab test PCR. Hasilnya belum diketahui.
Ketika ditanya alasan Nissa mau melakukan hal tersebut, dia tak kuasa menahan tangis. Dikatakan kalau tekadnya itu berawal dari lingkungan tempat dia tinggal. Yang beberapa di antara mereka positif covid. Dan harus menjalani isolasi mandiri. “Mereka yang isolasi itu hanya butuh support. Perbuatan baik itu akan kembali berdampak baik, bahkan hingga ke anak-cucu,” tuturnya kepada Radar. (*)