Dosen di Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta ini menyebut hingga saat ini juga belum ada pihak yang menyatakan Demokrat sedang membangun pencitraan dan opini publik. Kondisi ini tentu saja sangat menarik perhatian publik. Pasalnya, ketua umum DPP Demokrat AHY sampai turun tangan memberi pernyataan secara terbuka. Berbeda dari selama ini, yang cenderung memberi pernyataan lewat kicauan-kicauan di media sosial.
“Bagi Demokrat ini menurut saya bukan soal elektabilitas lagi, tetapi mmenyangkut nama besar dan nama baik partai. Pernyataan dilakukan langsung oleh ketum, artinya ada situasi yang dianggap extra ordinary,” katanya.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia ini lebih lanjut mengatakan, ketika pihak yang disebut namanya tidak memperkarakan kasus ini secara hukum, publik pada akhirnya dapat menyimpulkan tudingan yang disampaikan benar adanya. “Publik akhirnya bisa saja berkesimpulan, jangan-jangan memang benar. Kenapa Demokrat tidak diperkarakan? Saya kira gak main-main lho menunjuk KSP dan membawa-bawa nama Presiden Jokowi,” kata Adi.
Sebelumnya, Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra menyebut, berdasarkan pengakuan, kesaksian dari BAP sejumlah pimpinan tingkat pusat maupun daerah Partai Demokrat yang mereka dapatkan, sejumlah kader dipertemukan langsung dengan KSP Moeldoko yang ingin mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat untuk kepentingan pencapresan 2024.
Petinggi PD lainnya Andi Arief juga menyatakan hal senada melalui unggahan di Twitter, @Andiarief_ pada Senin (1/2). Andi Arief menduga Moeldoko yang ingin mengambil alih posisi AHY. Ia juga menyebut alasan AHY mengirim surat kepada Presiden Jokowi. Yakni, meminta klarifikasi dan konfirmasi karena menurutnya saat merencanakan pengambilalihan itu Moeldoko diduga mendapat izin dari Presiden Jokowi. (azs/sam/gir/jpnn)