Salah seorang warga setempat, Rusdi (54), mengaku sudah empat bulan terakhir telah kembali tinggal di perkampungan itu. Alasan biaya sehingga dirinya beserta istri terpaksa kembali ke Blok Tarikolot.
Ia juga mengaku tak memiliki kerabat atau saudara yang ingin menampung dirinya secara sementara. Meski masuk zona merah rawan bencana pergerakan tanah, namun ia meyakini rumahnya berada di tempat datar. Berbeda dengan rumah tetangganya yang berada di atas tebing.
Warga lainnya, Karmidi (65), mengaku masih menempati kampung tersebut karena memiliki kesan tersendiri. Ada banyak kenangan di sana. Ia bersama almarhumah istrinya sejak 36 tahun lalu tinggal di wilayah tersebut. “Sejak menikah dengan istri, saya tinggal di kampung ini. Rumah saya masih aman. Makanya saya bertahan. Kebun saya juga dekat sini kok,” tukas Karmidi. (*)