Nama Desa Kawungsari, Kecamatan Cibeureum, Kabupaten Kuningan, menjadi perbincangan. Selain hebohnya ganti rugi yang nilainya besar, desa ini juga kelak akan berada di dasar bendungan untuk selamanya. Dibanding desa-desa terdampak pembangunan Bendungan Kuningan, Kawungsari adalah yang terparah. Sebab, seluruh warganya harus direlokasi ke tempat baru.AGUS PANTHER, KuninganSUASANA Desa Kawungsari selepas penyerahan ganti rugi pembangunan Bendung Kuningan oleh Bupati Kuningan H Acep Purnama beberapa hari lalu tak banyak berubah. Aktivitas warga masih tetap seperti biasa. Ada yang ke sawah untuk bertani, ada yang berdagang, bekerja di kantor pemerintah maupun kembali merantau meneruskan usahanya.
Desa yang berada di dasar cekungan bukit itu tak menunjukkan gelagat bakal ditinggalkan oleh seluruh penghuninya lantaran direlokasi ke Desa Sukarapih, Kecamatan Cibeureum. Warga juga masih menempati rumahnya masing-masing sambil menunggu pengumuman dari yang berwenang terkait kapan bedol desa akan dilaksanakan.
Juga tak ada tanda-tanda warga mulai membongkar kediamannya. Semuanya dibiarkan tetap seperti sedia kala. Malahan warga di desa ini terlihat bersih-bersih rumahnya, kendati sudah menerima ganti rugi yang nilainya ratusan juta hingga miliaran rupiah. Anak-anak seusia sekolah SD, nampak bermain di halaman SDN Kawungsari yang juga ikut direlokasi.
Menjelang siang, desa tersebut berdatangan sales dari diler motor, mobil, barang elektronik, dan juga dari perumahan. Tujuan mereka sama, menawarkan produk kepada warga Kawungsari yang mendapat uang ganti rugi yang terbilang besar.
Sebagian warga ada yang langsung mendatangi diler untuk membeli kendaraan. Terlihat beberapa kendaraan milik diler menurunkan motor di halaman rumah warga. Jenis motor yang dibeli warga juga beragam. “Sudah beberapa hari ini warga Kawungsari membeli motor dari diler saya. Jenisnya juga bervariatif,” kata pegawai dari diler yang mengantarkan motor.
Selain motor, banyak juga warga di desa ini yang membeli mobil. Tapi ada juga yang memilih membeli rumah di kompleks perumahan maupun di desa tetangga. “Jumlah warga kami yang membeli kendaraan bermotor meningkat drastis. Itu terjadi bukan sekarang saja, melainkan sejak ganti rugi tahap pertama dulu yakni sawah dan ladang. Nah ketika sekarang mendapat ganti rugi untuk rumah dan tanah, banyak juga yang membeli kendaraan. Kami mencatat, ada penambahan sekitar 30 persen warga yang memiliki kendaraan bermotor baik motor maupun mobil,” terang Kepala Desa Kawungsari, Kusto.