Meninggalnya warga korban banjir dibenarkan Camat Haurgeulis Rori Firmansyah. Rori menyebut Karni berusia 60 tahun dan Sami berusia 95 tahun. Tak hanya warga meninggal, lanjut Rori, lima orang lainnya dirawat karena sakit.
Rori mengatakan kedua korban meninggal akibat sakit. Karni meninggal saat mendapatkan penanganan medis di Puskesmas Cipancuh, sementara Sami meninggal di rumahnya yang terendam banjir. “Kedua korban yang meninggal itu berusia lanjut. Saat banjir terjadi keduanya tengah sakit-sakitan. Karena rumahnya terendam banjir, petugas mengevakuasi dan membawa ke Puskesmas Cipancuh,” ujarnya.
Kedua korban, kata Rori, berbeda tempat tinggal dan wilayah. Karni tinggal di Blok 9 Jalatunda. Sementara Sami tinggal di Blok 3 Karangtumaritis. “Ibu Karni meninggal dunia Senin dini hari sekitar pukul 03.00 WIB. Sedangkan Ibu Sami meninggal di rumahnya sekitar pukul 16.00 WIB sore,” terangnya, seraya menambahkan Puskesmas Cipancuh juga kini merawat lima orang korban banjir. Mereka dirawat karena sakit sebelum banjir dan sakit dampak banjir.
Selain di Indramayu, satu warga juga meninggal saat proses evakuasi di Desa Pangkalanpari, Kabupaten Majalengka. Korban meninggal bukan karena tenggelam. Cuaca belakangan membuat penyakit yang diidapnya menjadi lebih parah. Kepala Basarnas Bandung Deden Ridwansah sebagaimana dikutip dari akun Instagram @basarnas_jabar menyebutkan tim masih melakukan evakuasi di daerah terdampak banjir.
WASPADA ZONA MERAH
Sementara itu, tingginya curah hujan dalam sepekan terakhir ini membuat Wilayah III masuk ketgori zona merah. Hal itu seperti disampaikan oleh Kepala Kantor Penanggulangan Bencana Daerah (KPBD) Kota Cirebon Khaerul Bahtiar ST, kemarin.
Status zona merah, kata Khaerul, mengacu data dari BMKG dari sisi cuaca. Tak hanya Kota Cirebon. Wilayah yang masuk kategori waspada atau zona merah adalah Indramayu, Kabupaten Cirebon, Majalengka, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Sumedang.
Berdasarkan informasi BMKG, kondisi curah hujan tinggi terjadi hampir merata se Indonesia, di mana Provinsi Jawa Barat mendapatkan warning agar tetap waspada terhadap dampak hujan. “Karena puncak hujan terjadi sampai pertengahan Februari, walaupun hujan tetap terjadi kemungkinan sampai Maret. Kami imbau agar warga tetap waspada,” kata Khaerul. (kho/oni/kom/ono/abd)