BANJIR yang menerjang wilayah Kabupaten Indramayu bagian barat makin parah, Senin (8/2). Mengakibatkan aktivitas masyarakat dan akses jalan lumpuh. Imbasnya, 5 desa di Kecamatan Haurgeulis dan Kecamatan Terisi terisolasi.
Di Kecamatan Haurgeulis, 4 desa yang terisolasi. Yakni Desa Tumaritis, Wanakaya, sebagian Desa Kertanegara, dan Sumbermulya. Sedangkan di Kecamatan Terisi, Desa Karangasem tidak dapat diakses lantaran jalanan tergenang air hingga 4 meter lebih serta arus deras banjir. Kondisi ini membuat penyaluran bantuan logistik bagi korban banjir terkendala.
Sejumlah relawan yang berusaha menjangkau para korban banjir mengalami kesulitan mendistribusikan bantuan logistik ke tempat pengungsian. Termasuk ke tempat warga yang masih bertahan di rumah masing-masing. “Jangankan ke desanya, ke kantor kecamatannya saja kami kesulitan. Akses jalan tenggelam banjir,” ucap Ari, relawan dari GP Anshor Indramayu.
Akses jalur yang dimaksud yakni Jalan Raya Jenderal Sudirman. Sejumlah titik ruas jalan di Desa Sumbermulya hingga Cipancuh sepanjang ratusan meter, terendam banjir hingga ketinggian sepinggang orang dewasa. Banjir yang merendam jalan raya itu imbas luapan air dari areal persawahan.
Kendaraan yang melintas tersendat. Menyebabkan macet. Puluhan sepeda motor mogok terpaksa didorong.
Tak hanya itu, hampir seluruh akses menuju Desa Tumaritis, Wanakaya dan Kertanegara juga terhalang bencana banjir. “Kami tak bisa berbuat banyak, daripada mobil mogok. Terpaksa jalan kaki,” ujar Ari.
Relawan lainnya, Iman, mengatakan, terkendala akses, bantuan berupa makanan, pakaian layak pakai, obat-obatan serta masker untuk pengungsi dititipkan ke petugas BPPD dan Basarnas. “Kendala utama yang dihadapi adalah akses jalan yang tergenang air cukup tinggi, ditambah dengan arus deras. Sehingga menyulitkan logistik sampai tepat pada waktunya,” kata dia.
Terputusnya akses jalan akibat banjir, membuat korban banjir di Desa Karangasem, Kecamatan Terisi makin menderita. Sampai dengan kemarin, warga di sana mengaku belum menerima bantuan. “Baru nasi bungkus dari masyarakat sini aja. Kalau dari pemerintah atau organisasi, belum ada,” ungkap Hendra, salah seorang warga. (kho)