Sementara itu, hingga Senin (8/2) banjir masih menggenangi wilayah Kecamatan Susukan. Sejumlah desa seperti Desa Susukan dan Desa Bojongkulon masih terendam banjir. “Ini sudah langganan. Rumah saya tahun ini saja sudah beberapa kali terkena banjir. Kalau kebanjiran ya terpaksa ke rumah saudara dulu,” kata Rakina, salah seorang warga.
Terpisah, Camat Waled H Khamim mengatakan di wilayahnya ada dua desa yang terendam banjir pada Senin dini hari (8/2). Yakni Gunungsari dan Mekarsari. Khamim mengungkapkan dua desa tersebut menjadi langganan banjir karena pendangkalan Sungai Ciberes. “Selama Sungai Ciberes belum dinormalisasi maka dua desa ini menjadi langganan banjir. Karena selain hujan besar, juga luapan dari Sungai Ciberes menjadikan banjir dua desa itu,” tuturnya.
AIR JADI MERAH
Sementara itu, genangan air di halaman Balai Desa Susukan menyita perhatian. Warnanya merah. Salah seorang warga, Ayu, mengaku tidak mengetahui penyebab air tersebut berubah menjadi merah. Padahal menurutnya sejak pagi hingga siang hari warna genangan tersebut sama seperti warna-warna genangan air pada umumnya.
“Pagi (kemarin, red) saya lewat masih biasa. Tapi pas pulang kok sudah merah. Saya juga gak tahu kenapa berubah warna,” ujarnya sambil beberapa kali terlihat mengabadikan kondisi itu dengan kamera telepon genggam.
Menurut Ayu, baru pertama kali ini ia melihat hal tersebut terjadi. Oleh karena itu ia langsung mengabadikan momen itu dengan kamera telepon genggam. “Difoto dulu, soalnya ini baru sekarang kaya gini,” imbuhnya.
Warga lainnya, Sunija, mengatakan penyebab genangan air berwarna merah tersebut dikarenakan perangkat desa setempat yang melarutkan obat yang konon disebut sebagai obat anti nyamuk. “Itu dikasi obat nyamuk, katanya biar gak ada nyamuk. Sya lihat sih orang desa yang naburin obatnya,” aku Sunija. Sementara Kuwu Susukan H Badrudin saat dihubungi Radar tidak memberikan respons. (dri/den)