9 Hari Tanggap Darurat Banjir

9 Hari Tanggap Darurat Banjir
0 Komentar

INDRAMAYU– Pemkab Indramayu menetapkan 22 kecamatan dan Jalan Tol Cipali yang berada di Kabupaten Indramayu dalam status tanggap darurat bencana banjir. Penetapan itu tertuang dalam Keputusan Bupati Indramayu Nomor 366/Kep.60-BPBD/2021 tanggal 8 Februari 2021.
Ke-22 kecamatan itu yakni Indramayu, Sindang, Pasekan, Lohbener, Jatibarang, Widasari, Tukdana, Kertasmaya, Sukagumiwang, Kerangkeng, Lelea, Cikedung, Kroya, Gabuswetan, Bongas, Losarang, Cantigi, Kandanghaur, Anjatan, Haurgeulis, dan Gantar. “Banyaknya wilayah yang terdampak akibat banjir di Kabupaten Indramayu mencapai 22 kecamatan. Untuk kita menetapkan masa tanggap darurat selama 9 hari,” kata Taufik di sela-sela kunjungannya di Desa Karangtumaritis, Kecamatan Haurgeulis, kemarin.
Sebelum memonitor Kecamatan Haurgeulis, Taufik terlebih dahulu berkunjung ke Desa Parean Girang, Kecamatan Kandanghaur. Selama perjalanan, Taufik terus memperhatikan kondisi wilayah yang tergenang banjir dan berkoordinasi dengan jajarannya.
Sementara itu, kondisi ruas jalur pantura, tepatnya di Jalan Raya Cilet Karanganyar, Kecamatan Kandanghaur, dan Kecamatan Losarang, terancam putus. Ratusan kendaraan terjebak macet akibat luapan Sungai Cilet Kandanghaur dan menutup jalur pantura, Selasa (9/2) sekitar pukul 11.00.
Pantauan Radar Indramayu di lapangan, ratusan kendaraan roda dua dan empat terjebak macet akibat ketinggian air mencapai kurang lebih satu meter. Antrean panjang kendaraan tampak terlihat di sepanjang jalan pantura Losarang hingga Kandanghaur.
Petugas menutup jalur sebelah kiri, tepatnya di Desa Jumbleng dan Desa Puntang Kecamatan Losarang. Kondisi di sepanjang jalur pantura tersebut  tertutup luapan air dari Sungai Cipanas. Puluhan ribu rumah saat ini masih terendam banjir dan sebagian warga membuka dapur umum di sepanjang jalan pantura.
BERTAHAN DI LOKASI PENGUNGSIAN
Sementara itu, masih tergenangnya ratusan pemukiman di Kecamatan Kertasemaya dan Sukagumiwang dan masih sulitnya akses memasuki desa membuat warga memilih bertahan di tempat pengungsian. Warga masih bertahan tempat pengungsian seperti masjid, balai desa, hingga pondok pesantren.
Untuk menunjang kebutuhan makan warga, pemerintah desa setempat mendirikan beberapa pos dapur umum yang digunakan untuk memasak dan dibagikan kepada warga. “Alhadulillah untuk kebutuhan makan dan minum sampai kebutuhan air bersih terpenuhi semua. Warga masih bertahan di tempat pengungsian seperti di masjid karena memang air belum sepenuhnya surut, meskipun debit air mulai mengalami penurunan,” ujar Iis, salah satu staf Desa Tulungagung, Kecamatan Kertasemaya, Selasa (9/2).

0 Komentar